Selusin Perjalanan Reformasi : Merasa perlu kembali memaknai arti sebuah reformasi

“Aset terbesar bangsa ini adalah sumber daya manusia dan saya yakin jika kita mampu mengelolanya dalam waktu 3 – 5 tahun mendatang Indonesia akan kembali mencapai kejayaan di bidang industri strategis.” (BJ Habibie)

Selalu menarik untuk mengikuti perkembangan Indonesia. Mulai dari jaman kerajaan, kemerdekaan, orde lama, orde baru hingga masa reformasi. Semua berjalan sesuai dengan jamannya masing – masing. Ada tinta emas tapi juga tidak jarang tinta hitam mewarnai setiap perjalanan bangsa ini. Tidak ada yang memperdebatkan jika saya mempunyai pernyataan bahwa Indonesia terlahir dengan potensi alam dan potensi manusia yang sungguh luar biasa tapi entah kenapa Indonesia selalu saja jauh dari kata sejahtera. Mungkin terlihat klasik dan juga entah berapa juta orang yang telah membahas masalah ini. Namun sadarkah sahabat bahwa kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan, dan kata – kata sepadan lainnya bukanlah suatu takdir yang tidak bisa diubah. Tuhan pun dengan tegas menyampaikan bahwa “Aku tidak akan merubah suatu kaum sebelum kaum itu merubah diri mereka sendiri.” Selama oksigen masih bisa kita hirup berarti masih ada kesempatan buat kita untuk memberikan sesuatu yang berarti untuk negeri ini.

Saya memiliki sebuah pemahaman bahwa perjuangan itu adalah melakukan yang terbaik untuk apapun termasuk bangsa ini sesuai dengan potensi yang kita miliki. Tidak ada definisi khusus yang memaknai apa itu perjuangan, selama apa yang kita lakukan ada manfaat buat orang lain dan tidak mengganggu hak – hak orang lain sejauh itu batasan yang kita lakukan. Sejarah Indonesia telah mencatat salah satu peristiwa yang tidak akan pernah dilupakan oleh setiap manusia yang mengaku berwarga negara Indonesia bahwa bulan Mei merupakan peristiwa runtuhnya rezim otoriter berlabel Presiden Soeharto dan dimulainya babak baru dalam episode reformasi. Sebuah pergantian rezim yang tentunya membawa banyak ekspektasi dari setiap kalangan tidak terkecuali kita pada saat itu. Hampir 12 tahun perjalanan reformasi mengisi episode bangsa ini. Selalu ada keberhasilan dan kegagalan dalam perjalanannya namun apakah benar bahwa reformasi menuntun kita menuju pada cita – cita yang telah ditancapkan oleh para pendiri bangsa? Suatu pertanyaan yang wajib menjadi bahan intropeksi bagi kita.

Kalau kita coba lihat kembali berbagai peristiwa setidaknya di awal tahun 2010 ini mulai dari penjara bintang 5 ala artalita, mafia hukum, menurunnya timnas PSSI, gagalnya Tim Bulutangkis Indonesia pada turnamen All England, skandal Bank Century, Kisruh HMI vs Polisi, Tertangkapnya gembong terroris, hingga yang terakhir munculnya kader penerus korupsi bangsa yang cukup fenomenal Gayus Tambunan. Tentunya peristiwa seperti ini semakin menunjukkan betapa jauhnya Indonesia dari kata kejayaan. Entah kapan kejayaan di era Kerajaan Sriwijaya atau Kerajaan Majapahit kembali terulang.

Terlepas dari semua berita negatif bangsa ini, beberapa pelajar Indonesia telah berhasil mencatatkan dirinya sebagai juara olimpiade ilmu pengetahuan di tingkat Internasional. Sebuah kenyataan yang tidak bisa dinafikkan bahwa manusia Indonesia secara kualitas mampu bersaing dengan siapapun. Memberikan yang terbaik untuk bangsa yang terkenal dengan semboyan bhineka tunggal ika sesuai dengan potensi yang dimiliki adalah salah satu wujud kongkrit yang bisa kita lakukan untuk membangun bangsa ini. Indonesia ditakdirkan menjadi sebuah negara besar bukan negara pecundang dan tanggungjawab itu ada pada setiap insan yang mengaku berwarga negara Indonesia. Kebangkitan itu adalah sebuah keniscayaan saat suatu kaum merasa telah dipermainkan oleh kekuasaan. Dan mari kita maknai arti dari sebuah kata reformasi dengan terus berkarya untuk mengabdi pada negeri ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar dari “Ketidakbisingan” Yogyakarta

UN Berbasis Minat dan Bakat, Kenapa Tidak?

Imajinasi Percakapan Ayah dan Anak