30 Juli 2010 (sebuah perenenungan pukul 22 : 42)

Taubat itu bukan sekedar tangisan di sepertiga malam, mimik melas seakan – akan tidak berdosa, atau bahkan menyiksa diri untuk sekedar melupakan sejenak kesalahan yang telah diperbuat. Bagiku taubat lebih dari itu. Seorang dikatakan benar – benar taubat saat dia melakukan penolakan pada dirinya sendiri saat ujian yang sama menghampiri dirinya. Karena bagaimanapun musuh terbesar manusia adalah setan dan setan tidak nampak. Setan muncul dalam cerminan diri negatif kita. Karena memang pada hakekatnya manusia itu diciptakan dalam kondisi yang bersih. Noda yang ada dalam diri kita muncul saat kita tidak mampu melawan setan yang muncul pada sisi negatif kita. Sehingga nampaknya kita berjuang untuk menghadapi diri kita sendiri.

Selalu ada yang berpasangan di dunia ini. Ada positif pasti ada negatif, ada laki – laki pasti ada perempuan, ada hitam pasti ada putih, begitu juga dengan sisi yang ada dalam manusia. Ada sisi positif yang tentunya sejalan dengan fitrah yang telah ditetapkan Allah dan ada sisi negatif yang menjadi preogratif setan untuk menjerumuskan manusia dari garis fitrah yang sebenarnya menjadi peluang manusia untuk kelak memilih surga atau neraka.

Mungkin pemahaman seperti ini tidak akan berarti bagi seseorang yang tidak percaya akan adanya Sang Kholik. Tapi saya sangat yakin sepenuhnya bahwa dalam perputaran malam dan siang itu ada Dzat yang begitu besar kewenangan yang dimiliki – Nya untuk mengatur setiap detik yang ada di bumi ini. Inilah yang membedakan mahluk yang percaya dengan yang tidak percaya Tuhan. Silahkan kita mau memilih yang mana, karena Tuhan dengan tegas menyampaikan bahwa kejayaan dan kekuasaan – Nya tidak akan berkurang sedikitpun andaikata tidak ada manusia satupun yang menyembah pada – Nya. Karena Tuhan tidak membutuhkan kita tapi kita yang mutlak membutuhkan rahmat dari – Nya.

Saya menulis hal ini bukan karena saya merasa sudah benar dengan apa yang saya lakukan selama ini. Saya bercerita dalam tulisan ini karena saya merasa begitu sangat malu saat Allah tetap memberikan saya kesempatan untuk memperbaiki diri meski saya begitu sering mengkhianati – Nya. Saya berharap Allah memberikan kekuatan pada diri yang lemah ini untuk senantiasa memperbaiki diri karena sungguh hanya kekuatan Allahlah yang abadi di dunia dan di akhirat nanti. Hanya kepada – Mulah saya menyembah dan hanya kepada – Mulah saya memohon pertolongan. Sungguh ya Rabb begitu hina diri ini tapi hanya Engakaulah yang paling tau apa yang terbaik bagi setiap hamba – Mu. Izinkan saya untuk bisa memperbaiki diri ya Rabb. Berilah kekuatan diri ini untuk menyiapkan bekal di akhirat kelak ya Rabb, agar diri yang lemah ini kelak bisa duduk dengan hamba – hamba – Mu yang Engkau sayangi. Aku berlindung pada – Mu dari godaan syetan yang terkutuk. Ya Allah Engkaulah yang pantas untuk dipuji, Yang Maha Suci, Yang Maha Mendengar, Yang Maha Melihat, dan Yang Maha Pengampun. Maaf, maaf, maaf ya Rabb. Berilah pilihan yang terbaik buat hamba yang lemah ini dan orang – orang yang hamba sayangi ya Rabb, sebuah pilihan yang bisa membuat kami semakin dekat dengan Engkau ya Rabb. Amin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar dari “Ketidakbisingan” Yogyakarta

UN Berbasis Minat dan Bakat, Kenapa Tidak?

Imajinasi Percakapan Ayah dan Anak