Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Tolong "Telanjangi" Korupsi di Dunia Pendidikan

Gambar
Adakah di antara kita yang pernah melihat praktik korupsi di dunia pendidikan? 5,4,3,2,1 tetttt...  Okey sepertinya pertanyaannya terlalu luas. Mari kita lebih spesifikkan pertanyaannya. Adakah di antara kita yang pernah melihat laporan fiktif alias manipulasi laporan keuangan Bantuan Operasional Sekolah (BOS)? Kalau mau jujur, pasti akan banyak yang menjawab SAYA. Kemudian jika ada pertanyaan turunan, kenapa sekolah sampai harus membuat laporan fiktif tentang penggunaan dana BOS tersebut? Jawabannya pasti beragam, dan saya yakin akan jadi ratusan tema menarik kalau mau dibuat skripsi atau tesis, percayalah.  Dua kasus tadi hanya contoh praktik kecil bagaimana oknum pejabat dan sekolah melacurkan "pendidikan" untuk syahwat materi mereka. Sekali lagi ini hanya sebagian kecil. 20% amanah konstitusi telah mewajibkan APBN dan APBD dialokasikan untuk dunia pendidikan. Celakanya, uang rakyat sebesar itu seringkali (kalau tidak mau dikatakan mayoritas) digunakan oleh

"Pemeras" Pejabat di Daerah itu.....?? Oknum Media salah satunya.

Gambar
"Mas ini ada teman dari media #$&"€¥®™~¿¬@%, silahkan langsung ngobrol dengan Mas Arief," salah satu Pejabat di Dinas Pendidikan mempersilahkan perwakilan dari media yang merupakan marketing dari media tersebut untuk ngobrol dengan saya. Feeling saya sebenarnya sudah tidak enak, pagi-pagi kenapa ada media datang. Dan benar saja, selembar kertas berisikan liputan kegiatan yang telah diprint dilengkapi dengan nota bertuliskan advetorial dengan angka Rp 300.000,- "Mas ini dari media kami, untuk liputan kemarin. Ini print liputannya," perwakilan media tersebut mencoba menjelaskan kepada saya tentang maksud dan tujuannya. Entah kenapa saya langsung reaksioner menjelaskan ke orang tersebut "Mbak mohon maaf sebelumnya, kami tidak ada transaksi model seperti ini. Kami mengundang dalam rangka ingin memperkenalkan program, jika acara kemarin menurut jenengan layak diliput, monggo silahkan diliput. Tapi jika tidak layak untuk diliput kami juga tidak apa-a

5 Tahun

Gambar
5 tahun, ternyata kita telah mencapai angka itu. Kalau dalam istilah perencanaan pembangunan di daerah, kita telah melewati apa itu RPJMD.hhe. Periode di mana suatu kebijakan harus dievaluasi sejauh mana capaiannya, kalau bagus lanjut periode selanjutnya, dan jika tidak, ada baiknya mengganti Nakhoda baru. Heleh ngomong opo to iki? Sepurane kebawa nuansa :D Semoga tulisan ini suatu saat bisa bermanfaat untuk keturunan kita. Tak pernah ada yang mudah dalam menjalani suatu komitmen, apakah itu tentang ideologi, pekerjaan, keyakinan atau bahkan urusan percintaan. Halangan dan tantangan seperti tak pernah ada selesainya, tapi justru itulah yang membuat perjalanan ini semakin menarik untuk dilewati. Alhamdulillah, kita telah bisa melalui 5 tahun ini dengan penuh kebahagiaan dengan tanpa melupakan “riak-riak” perdebatan, pertengkaran, ujian keuangan, ujian kesabaran dan berbagai ujian lainnya. ----- Kakak Zee dan Dek Sasa, jika tolak ukur yang digunakan oleh seorang perempuan dalam menja

Masih Ada Orang seperti ini

Gambar
Wajah beliau nampak lebih tua dari pada usianya. Pakaiannya sangat tidak fashionable, kalau tidak mau dikatakan bajunya jelek. Kesehariannya sangat sederhana, super sederhana malah. Padahal dari sisi penghasilan, jika beliau mau, bisa saja beliau berdandan ala eksekutif muda. Rapih, berdasi, bawa mobil, pakai gadget super canggih atau gambaran eksekutif muda pada umumnya.  Usianya selisih 2 tahunan dari saya, tapi untuk persoalan dakwah, juaaauuuhhh sekali perbedaannya. Sebut saja namanya Mas Galon, saya sengaja menyamarkan nama beliau, agar saya tidak merusak keikhlasan beliau dalam beramal dan beribadah. Mas Galon ini memang sambilannya jualan, salah satu usahanya isi ulang air galon, jadi izinkan saya memberi nama panggilan beliau Mas Galon :D . Oh ya Kenapa saya bilang sambilannya jualan, karena versi saya, beliau ini kerjaannya ibadah, sisanya baru buat kerja.hhe. Saya benar-benar kenal beliau sekitar setahunan ini. Lebih tepatnya saat saya mulai tinggal di Jogja secara

Tetap (Harus) Belajar Objektif

Hingar-bingar Pilpres 2019 sudah mulai terasa panasnya. Perdebatan apapun, dimanapun dan kapanpun seringkali berujung pada Jokowi lanjut 2 periode atau cukup 1 periode saja. Tak patut sepertinya kita sebagai bangsa yang berbudaya dan beragama ikut larut dalam perdebatan tak berujung seperti yang dipertontokan Bung Adian Napitulupu dan Bung Mardani Ali Sera di acara ILC beberapa hari yang lalu. Setiap orang memiliki perspektif tersendiri terhadap suatau kebenaran yang diyakini, dan seringkali kesalahan terbesar seorang yang mengaku pintar adalah memaksakan perspektifnya agar setiap orang mengakui kebenarannya. Mustahil. Saya pribadi sebagai warga negara Indonesia, Kader Pramuka, Muslim, Pekerja NGO - (perlu saya sebutkan agar latar belakang ini memperjelas posisi saya), mengakui bahwa Presiden Jokowi layak untuk diapresiasi. Apa yang telah beliau lakukan banyak membawa catatan positif dalam perjalanan negara ini. Sebut saja beberapa hal berikut ini : Dukungan diplomatis terhadap Pales

Cinta itu….

Gambar
Cinta itu…. Marah kemudian tersenyum, Cemburu kemudian tersipu malu, Menangis kemudian tertawa, Ahhh cinta memang seperti itu… Tak pernah benar-benar mengerti, Tak pernah benar-benar bisa dipahami, Tapi aku tahu, cintaku…  Saat makan sepiring berdua, Saat hafalan bersama, Saat naik motor bersama, Saat melangkahkan kaki bersama Saat aku, kamu dan mereka menjadi kita…

Tim Jokowi Blunder (LAGI)

Entah sudah berapa kali, lingkaran dalam Pak Jokowi membuat kesalahan yang sangat meresahkan masyarakat. Benar-benar tepok jidat saya sama oknum yang ada di lingkaran Pak Jokowi. Tentu kita masih ingat dengan jelas bagaimana kepanikan oknum simpatisan Tim Ahok di masa injury time tetiba ada yang terang-terangan bagi-bagi sembako dan yup keesokan harinya masyarakat semakin mantap menetapkan pilihan ke siapa.  Kasus video penolakan Gubernur oleh Paspampres untuk ikut turun di lapangan beberapa waktu yang lalu jelas mengindikasikan bahwa lingkaran dalam Presiden Jokowi juga mulai panik menyambut Pilpres 2019. Orang awam seperti saya bisa bilang demikian karena logika apapun yang digunakan sebagai alasan benar-benar tidak masuk akal. Beberapa menteri pembantu Presiden bilang itu aturan protokoler dan alasan kemanan, lha emang Pak Anies kalau ikut rombongan turun ke lapangan akan jadi bahaya? ada indikasi bawa bom gitu? atau tetiba menggunakan “rasengan” untuk menghancurkan seluruh pen