Postingan

Menampilkan postingan dari 2012

Berbangga sebagai Warga Negara Indonesia

Gambar
Benarkah ketidakmampuan secara finansial merupakan penyebab utama ketertinggalan Negara ini? Pertanyaan retoris namun perlu penjelasan yang panjang lebar untuk benar-benar memahaminya. Karena sungguh tidak mudah menjawab atas permasalahan yang disebabkan Negara ini. Jika semua ditarik berdasarkan sisi ekonomi, nyatanya banyak penduduk negeri ini tersenyum tulus dengan kemiskinan yang dialaminya. Sesekali mungkin mengeluh, tapi bukankah hal itu wajar? Karena manusia memang kecenderungannya berkeluh kesah. Tapi cobalah lebih obyektif melihat sisi kemiskinan dari arti sebuah ketulusan. Pernahkah kita melihat orang miskin melakukan perbuatan yang benar-benar berdampak signifikan terhadap perjalanan Negara ini? Benarkah bentuk-bentuk makar yang dilakukan oleh beberapa wilayah Negara ini murni atas nama kemiskinan? Aku pribadi tak sepakat jika kemiskinan adalah penyebab utama hal itu terjadi. Aku paham betul bahwa masyarakat Negara ini sangat pemaaf pada kebiadaban pemimpinnya. Kasar

Kekalahan itu Menyenangkan

Gambar
24 : 16 WITA Udah lama ingin nulis sesuatu tentang kekalahan. Lebih tepatnya terinspirasi dari salah satu anime yang baru aku ikutin. Judulnya “Kuroko No Basuke” anime tentang tim basket setingkat SMA. Hampir sama dengan anime Jepang pada umumnya, inspiratif, ada tokoh uniknya, dan selalu pekerja keras tokohnya.  Tapi aku tidak sedang ingin membahas anime tersebut, hanya saja ada satu kalimat yang aku sangat suka dari salah satu episode yang pernah aku lihat. “Bukankah kekalahan itu menyenangkan” kalimat ini yang membuat aku tersenyum kagum saat menontonnya. Tidak bermaksud berlebihan tapi aku benar-benar menghayati kalimat itu. Kekalahan seringkali atau bahkan hampir pasti menjadi sesuatu yang sangat ditakuti oleh kita. Kenyataan yang terkadang sulit diterima dan bahkan tidak jarang banyak yang frustasi menghadapinya. Bukankah hidup ini adalah kompetisi? Dan sunatullah kompetisi adalah selalu ada yang menang dan kalah. Kalah dalam hidup, kalah dalam prestasi, kalah dalam

"Do Something," beliau bilang.

Selasa, 19 Juni 2012. Tidak terlalu ada yang istimewa di pagi itu, hanya saja menjelang siang ada kabar menarik dari kantor bahwa pendiri tempat aku bekerja sekarang berada di Tarakan. Surprise sih enggak, hanya saja aku merasa penasaran sehebat apa sih orang yang selama ini hanya aku dengar lewat cerita orang. Tak butuh lama untuk menemui beliau, karena memang Tarakan ralatif kecil untuk dikatakan sebagai sebuah kota.hhe Rumah makan Kenari, lokasi ini yang menjadi perjumpaan awal dengan beliau. Bersama dengan senior angkatan waktu di Kampus yang juga menjadi partner tim selama di Tarakan aku menemui beliau. Ceria, ramah, dan komunikatif. Kesan itu yang aku dapatkan dari beliau. Berbincang dengan beliau selama kurang lebih 30 menit seakan cukup menggambarkan betapa sibuknya wakil rakyat yang satu ini. Hampir disetiap 10 menit, selalu saja ada telpon, bbm, atau sms dari rekan sejawat yang memang juga concern pada dunia politik. Kalimat demi kalimat coba aku pahami sebagai su

Catatan Seorang Peneliti (Sengketa Tanah)

Gambar
Eksekusi tanah oleh aparat :( 9 Juni 2012, 13:11 WITA Sengketa tanah adalah persoalan yang seringkali muncul di pulau ini. Bukan lagi menjadi persoalan sebatas hukum di meja hijau, tapi lebih dari itu. Tanah bisa menjadi sebab utama perang sesama saudara. Kejadian yang hanya bisa diselesaikan dengan pertumpahan darah. Eitss bukan bermaksud lebay ya, tapi beginilah kenyataannya berdasarkan informasi yang aku terima dari warga. Tahun 2010 menjadi bukti yang tidak bisa dielakkan meski mungkin tak banyak yang tau ada Sampit jilid kedua di Tarakan, hampir sebulan suasana mencekam karena perang saudara. Sahabat, benar adanya jika Indonesia menyimpan begitu banyak potensi alam, tapi seringkali potensi alam itu yang menjadi sumber keserakahan para penduduk negeri ini. Terlalu jauh jika harus menyalahkan Belanda karena hanya memusatkan perhatian pada kepemilikan tanah di Pulau Jawa. Di Kalimantan, berdasarkan diskusi denga

Catatan Seorang Peneliti

03 Juni 2012, 22:09 WITA Senin, 21 Mei 2012 adalah hari pertamaku mendaratkan kaki di Bumi Borneo. Pulau terluas dari seluruh pulau yang ada di Indonesia. Pulau yang katanya menjadi paru-paru dunia. Hebat ya,hhe. Perasaan antusias dan semangat untuk memberi manfaat entah dalam kadar rendah atau tinggi jadi bekal utama untuk datang ke sini. Yah apapun yang terjadi ke depan aku paham betul konsekuensinya. Tapi aku selalu yakin bahwa tidak ada yang terjadi secara kebetulan di dunia ini. Termasuk keputusan besarku mengundurkan diri dari zona nyaman yang mungkin bagi beberapa orang terdekatku cukup disesalkan. Keyakinan bahwa kerja adalah kombinasi menjemput rizky dan kepuasan hati adalah hal utama yang menjadi alasan kenapa aku memutuskan untuk mencari tantangan baru dalam dunia kerjaku. Pulau Tarakan menjadi tempat berkarya pertamaku. Entah karya apa yang bisa aku berikan tapi sekecil apapun, aku akan berusaha memberikan apa yang aku mampu. Setidaknya melalui sebuah tulisan,hhe.

Dolanan not same with The Game

Gambar
Bermain dampar, neker (kelereng), layangan, delikan (petak umpet), rumah-rumahan, enthek (gak tau bahasa Indonesianya), maen adah rokok (bekas rokok), dan mainan-mainan tradisional lainnya adalah keseharianku waktu kecil dulu. Tak ada belajar, tak ada les/kursus, hanya maen,maen,dan maen,hhe.Aku bersyukur melewati masa kecil yang alhamdulillah membuatku bahagia dengan permainan-permainan tradisional itu. Kenyataan bahwa aku sekarang sudah tidak kecil lagi sedikit membuat aku kaget,hhe. Aku sudah remaja, ehhhh nampaknya lebih dari dewasa. Tahapan hidup untuk kesekian kalinya berada di depan untuk diisi dengan berbagai catatan. Sewaktu belum sekolah ingin sekali bisa cepet sekolah, pas udah SD ingin sekali cepet SMP, gak beda jauh pas saat SMP ingin sekali cepet SMA. Pun saat SMA pengen cepet kuliah, dan pas kuliah udah pasti pengen cepet kerja. Ahhh ternyata hidup itu mudah ditebak ya kalau gitu,hhe. Dan kenyataan lagi pas udah kerja ingin apa selanjutnya? Kayaknya semua

Berdamai dengan Keadaan

Gambar
Kepekaan sosial itu ada dalam diri setiap manusia. Tak ubahnya bakat seseorang kepekaan itu bisa ada jika ia terus dipelihara ada lingkungan yang mendukungnya, dan tentu ada contoh yang bisa membuatnya yakin bahwa ia penting untuk dipertahankan dan digunakan untuk mendukung kesuksesan hidup manusia dalam arti seutuhnya. Kenyataan ini yang membuatku semakin sadar bahwa keadaan dan tauladan yang membuat kepekaan sosial masyarakat yang terkenal dengan rasa gotong royongnya ini hari demi hari terus luntur. Bukan bermaksud untuk menyalahkan keadaan tapi harusnya kita lebih bijak dan mencari solusi terbaik atas keadaan ini. Tapi sekali lagi, itupun kembali pada individu yang menganggap kepekaan sosial atau semangat berbagi itu penting untuk dipelihara. Ahhhh.. terlihat complicated tapi semoga kita yang masih dikasih pemahaman bahwa kepekaan sosial itu penting bisa terus mempertahankan dan menularkan semangat ini sampai kita sudah tak ada lagi di dunia ini. Ada pemahaman yang me