Mimpi itu bernama : Tanah Suci

Tak pernah aku terbayang bisa sampai melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi di kota yang terkenal dengan fashionnya ini. Semua berlalu bagaikan aliran air yang terus mengalir mengisi ruang – ruang yang kosong. Atau bahkan saat aku bertemu dengan keluarga baru yang begitu luar biasa. Tapi malam ini aku ingin menulis sesuatu yang selama ini jarang aku ungkapkan pada keluarga, sahabat atau teman – teman dekatku.

Sesekali Mas Didit, Mas Beni sering menyentil Bapak dengan pertanyaan sederhana tapi bagi aku maknanya lumayan dalam,, Pak kapan berangkat teng Mekkah?? Eleh le selama awakmu urung mari sekolah Bapak Ibu gak kate mikir masalah iku. Masio ngrumat sampeyan iku ibadah pisan sing ora kalah pentinge karo munggah haji.

Yup cukup sederhana jawaban Bapak, tapi bagiku sungguh mendalam maknanya. Aku tahu Bapak telah banyak berinvestasi dalam hidupnya untuk menyekolahkan ketiga anaknya, setinggi mungkin tentunya. Dengan harapan suatu saat ilmu yang kami dapat, bisa bermanfaat untuk dunia dan akhirat.

Hari ini aku banyak mengambil hikmah dari setiap detik yang aku lewati, tak semua benar, tapi alhamdulillah malam ini begitu indah dengan tontonan yang membuat aku semakin sadar akan mimpi yang selama ini menjadi keinginan dan obsesi pribadiku. Banyak obsesi dalam kehidupanku, dari yang paling konyol hingga yang paling realistis aku pernah mencoba untuk meraihnya. Ya itulah dinamika dalam meraih mimpi,he..

Mimpi itu muncul semenjak aku mulai masuk SMA. Lebih tepatnya saat kedua orang tuaku mulai menyadari akan semakin menurunnya kemampuan beliau. Tapi alhamdulillah ak dan keluargaku meskipun tidak berlebih kami tidak pernah kekurangan dalam hal kebutuhan pokok. Dan aku sangat mensyukuri nikmat itu. Dari SMA itu aku mulai janji pada diriku untuk suatu saat sebelum kedua orangtuaku dipanggil oleh-Nya, aku bisa membahagiakan mereka kedua dalam hal yang diridhoi tentunya. Dan obsesi itu adalah memberangkatkan kedua orangtuaku ke Mekkah untuk berangkat haji. Ya Allah mudahkanlah niat hamba – Mu yang lemah ini. Aku yakin tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, man jadda wajada. Aku yakin suatu saat nanti mimpi itu akan terbeli, Insya Allah......

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar dari “Ketidakbisingan” Yogyakarta

UN Berbasis Minat dan Bakat, Kenapa Tidak?

Imajinasi Percakapan Ayah dan Anak