Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2010

Episode terakhir century (mungkin benar tapi juga mungkin salah)

(tulisan ini dibuat sehari sebelum penentuan sikap DPR/RI akan kasus century tapi nampaknya MEREKA udah lupa dengan peristiwa itu) Polemik century benar – benar menyita perhatian hampir setiap elemen masyarakat di negeri ini. Bagaikan sebuah perayaan akbar, kasus bank century menjadi bahan pembicaraan mayoritas masyarakat dari diskusi di warung kopi sampai di gedung megah berlabel gedung nusantara. Nampak begitu fenomenal dan menjadi catatan tersendiri bagi Bangsa Indonesia dalam proses pertumbuhannya. Sangat menarik untuk dinanti episode apa ke depan yang akan ditemui oleh Bangsa yang terkenal dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika ini. Salah satu bagian yang menarik adalah parodi bank century yang diaktori oleh para manusia pembawa aspirasi rakyat. Manusia pilihan yang telah lolos seleksi dalam gemerlapnya panggung politik. Layaknya sebuah parodi, manusia – manusia pilihan ini benar – benar bisa menjalankan tugasnya dengan sangat baik bahkan bisa dipastikan hampir mendekati sempurna.

30 Juli 2010 (sebuah perenenungan pukul 22 : 42)

Taubat itu bukan sekedar tangisan di sepertiga malam, mimik melas seakan – akan tidak berdosa, atau bahkan menyiksa diri untuk sekedar melupakan sejenak kesalahan yang telah diperbuat. Bagiku taubat lebih dari itu. Seorang dikatakan benar – benar taubat saat dia melakukan penolakan pada dirinya sendiri saat ujian yang sama menghampiri dirinya. Karena bagaimanapun musuh terbesar manusia adalah setan dan setan tidak nampak. Setan muncul dalam cerminan diri negatif kita. Karena memang pada hakekatnya manusia itu diciptakan dalam kondisi yang bersih. Noda yang ada dalam diri kita muncul saat kita tidak mampu melawan setan yang muncul pada sisi negatif kita. Sehingga nampaknya kita berjuang untuk menghadapi diri kita sendiri. Selalu ada yang berpasangan di dunia ini. Ada positif pasti ada negatif, ada laki – laki pasti ada perempuan, ada hitam pasti ada putih, begitu juga dengan sisi yang ada dalam manusia. Ada sisi positif yang tentunya sejalan dengan fitrah yang telah ditetapkan Allah

Atas nama identitas (Islam A vs Islam B)

29 Juli 2010 Hari ini aku bertemu dengan salah satu orang yang mendapat amanah berat (menurutku sih) di universitas padjadjaran,hhe. Ketua salah satu ukm keagamaan di tingkat universitas. Sebut saja namnya “bunga.” Hhe Pada awalnya sebenarnya pertemuan kami tidak disengaja. Karena memang tadinya aku hanya niat sholat maghrib terus lagi menunggu seseorang. Tapi karena setelah sholat tiba – tiba naluriku sebagai mahluk sosial tergerak, akhirnya aku memulai basa – basi,hhe. Pada awalnya pembicaraan kami cukup sederhana, ya tidak jauh dari bertanya tentang aktivitas satu sama lain. Hingga pada akhirnya pembicaraan mulai mengarah pada nilai – nilai dakwah di kampus. Aku mengakui bahwa masih jauh identitas yang aku lakukan selama ini jika diterjemahkan sebagai seorang muslim sejati. Tapi aku sangat memperhatikan fenomena – fenomena dakwah yang ada di kampus. Karena memang aku yakin sepenuhnya bahwa Islam itu rahmatan lilalamin. Awalnya aku yang menyentil tentang kenapa tidak ada sine

Suatu saat nanti...

Suatu saat nanti aku berharap akan tercipta kedamaian sejati di negeri ini. Suatu saat nanti aku berharap pendidikan di Indonesia berbasis budi pekerti bukan lagi nilai. Suatu saat nanti aku berharap kesejahteraan menjadi bagian mayoritas dalam bangsa ini. Suatu saat nanti aku berharap sopir angkot bisa teratur dan saling menghormati. Suatu saat nanti aku berharap banyak tanaman di sepanjang jalan yang aku lewati. Suatu saat nanti aku berharap semua abdi negara di negeri ini menggunakan sepeda sebagai transportasi sehari – hari. Suatu saat nanti aku berharap semua masyarakat bisa mandiri. Suatu saat nanti aku berharap negara ini bebas dari korupsi. Suatu saat nanti aku berharap bangsa ini penuh dengan dengan tontonan televisi yang menginspirasi. Suatu saat nanti aku berharap perguruan tinggi menjadi bekal pengabdian diri. Dan aku berharap suatu saat nanti Bangsa Indonesia menjadi negara adidaya yang berbasis agama dan potensi diri. (sebuah perenungan ekspekt

28 Juli 2010 (23:14)

MENGHARGAI, kata – kata itulah yang ingin aku jadikan tema dalam coretanku di malam ini. Bahagia rasanya kalau kehidupan ini dipenuhi dengan orang – orang yang saling menghargai satu sama lain. Termasuk di dalamnya kata – kata sepadan lainnya, misal : menghormati, tenggang rasa, dan istilah – istilah yang pada intinya tidak jauh dari pemaknaan itu,hhe. Malam ini ternyata sangat membuat aku intropeksi akan rekaman kehidupan yang telah aku jalani hampir selama 22 tahun ini. Beragam tentunya, tapi kalau dipikir – pikir lagi kehidupan itu sebenarnya sederhana. Kalau gak sedih ya bahagia, kalau gak pahala ya dosa, atau kalau gak marah ya tertawa. Tapi ternyata memang dalam menjalaninya tidak sesederhana kesimpulannya. Pernah pada suatu saat merasa sangat bahagia saat melihat nuansa kehidupan yang penuh dengan kedamaian karena masyarakatnya saling menghargai satu sama lain. Perasaan bangga tentunya saat melihat peristiwa itu. Ada yang melakukan dosa diingatkan dengan senyuman, atau ada yan

Karena Keyakinan dan Harapan itu, Aku akan Terus Bertahan

Hidup dan waktu itu bagaikan dua mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya sama – sama melaju untuk menjawab setiap ketakutan, kegembiraan, kekhawatiran, ataupun keyakinan. Adakalanya kita berada pada suatu titik dimana kita sangat yakin dengan apa yang kita miliki tetapi tidak jarang kita dihadapkan pada suatu ketidakyakinan akan apa yang kita miliki. Allah pun dengan tegas mengatakan bahwa Allah tidak akan menguji hambaNYA di luar batas kemampuan yang dimilikinya jadi sebenarnya kekhawatiran itu seharusnya tidak ada jika kita merasa yakin kalau Allah itu ada. Namun manusia dengan segala kelebihan dan keterbatasannya memang tidak bisa memungkiri bahwa setiap episode yang dialaminya membuat manusia seringkali melakukan kesalahan yang secara tidak langsung membuat keraguan dalam hati akan ketegasan yang difirmankan Allah dalam Alquran. Dalam segala hal tentunya, maut, jodoh, dan rizky diantaranya. Setan memang begitu lihai mengelabui manusia, karena memang itu adalah ikrar sejati

Kebodohan itu

Sejatinya aku tak pernah merasa puas dengan situasi itu, Aku hanya berusaha berlari dari ketidakberdayaan dalam menghadapi diri sendiri, Argghhhhh ingin rasanya berteriak sekencang mungkin, Hampa, kosong, sunyi, dan menyesali kebodohan diri sendiri, Engkau pasti melihat, Engkau pasti tau, dan Engkau pasti mengerti kondisi hamba – Mu yang lemah ini, Kemana lagi aku harus berlari kalau ternyata ujung jalan itu tak pernah aku temui, Bukan karena Engkau pelarian terakhir ya Rabb tapi karena memang hanya Engkau sumber energi sejatiku, Kuatkanlah diri ini untuk terus berlari hingga aku dapat mencapai ujung jalan yang Engkau ridhoi.

22 Juli 2010

Pengabdian itu identik dengan pengorbanan. Tentu pengorbanan yang penuh keihklasan yang saya maksud. Namun demikian niat yang tulus tidak serta – merta mendapat jalan yang mudah dalam mewujudkannya. Bahkan tidak jarang niat lurus justru membawa seseorang ke dalam hal yang sebenarnya jauh dari apa yang ia harapkan. Banyak hal yang menyebabkan hal itu, diantaranya adalah pembenaran diri atas nama sebuah kepentingan. Ini adalah salah satu hikmah yang bisa saya petik selama hampir satu tahun mengabdi dalam kepengurusan BEM Mengabdi dengan Hati. Selalu saja dalam dunia ini setiap peristiwa menarik untuk terus diambil hikmahnya. Kebahagiaan selalu diiringi dengan kesedihan, keberhasilan selalu diiringi dengan kegagalan, dan memang hal ini adalah takdir dari Sang Pencipta. Satu dari sekian banyak hikmah yang bisa saya ambil adalah jabatan politis itu ternyata potensial untuk disalahgunakan baik dengan sadar maupun tidak sadar. Mungkin karena terlalu banyak kepentingan hingga pada akhirnya s

Bagian sederhana yang terlupakan

Tak selamanya apa yang kita harapkan, kita bisa mendapatkannya. Klo istilah Jawa “nrima ing pandum” begitulah kurang lebihnya. Terlihat cukup sederhana tapi bagi saya pemaknaan kalimat ini terasa begitu dalam untuk bisa diterapkan. Terkadang heran melihat fenomena yang ada hampir selama 22 tahun ini. Dari pertama saya bisa membaca hingga sampai berusia 22 tahun saat ini, banyak hal yang selalu menjadi tanda tanya besar bagi saya yaitu, apa yang sering disebut orang dengan istilah kesejahteraan. Berbagai cara telah dilakukan oleh semua pemimpin negeri ini beserta jajarannya tapi entah kenapa untuk sekedar menancapkan pondasi saja masih sangat jauh dari apa yang diharapkan. Mungkin karena terlalu banyak kepala jadi makin sulit untuk menentukan arah mana yang akan dituju. Tapi bukannya banyak orang harusnya malah bisa bikin jadi kekuatan yang besar? Ya apapun itu yang pasti tidak ada yang terjadi secara kebetulan. Dan saya bangga menjadi manusia Indonesia J Seringkali punya pikiran se

Mimpi itu bernama : Tanah Suci

Tak pernah aku terbayang bisa sampai melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi di kota yang terkenal dengan fashionnya ini. Semua berlalu bagaikan aliran air yang terus mengalir mengisi ruang – ruang yang kosong. Atau bahkan saat aku bertemu dengan keluarga baru yang begitu luar biasa. Tapi malam ini aku ingin menulis sesuatu yang selama ini jarang aku ungkapkan pada keluarga, sahabat atau teman – teman dekatku. Sesekali Mas Didit, Mas Beni sering menyentil Bapak dengan pertanyaan sederhana tapi bagi aku maknanya lumayan dalam,, Pak kapan berangkat teng Mekkah?? Eleh le selama awakmu urung mari sekolah Bapak Ibu gak kate mikir masalah iku. Masio ngrumat sampeyan iku ibadah pisan sing ora kalah pentinge karo munggah haji. Yup cukup sederhana jawaban Bapak, tapi bagiku sungguh mendalam maknanya. Aku tahu Bapak telah banyak berinvestasi dalam hidupnya untuk menyekolahkan ketiga anaknya, setinggi mungkin tentunya. Dengan harapan suatu saat ilmu yang kami dapat, bisa bermanfaat untu

9 Nopember 2009

Langkah ke berapa aku akan menemuinya,,, Hidup itu menarik, dinamis, dan sangat menantang. Sedih, senang, dipuji, dicaci, semua datang silih berganti. Dan yang paling pasti adalah semua itu atas kehendak Allah SWT. Tidak sedikitpun segala sesuatu di muka bumi ini terjadi tanpa dapat izin dari – Nya. Kesalahan selalu dibarengi dengan keberhasilan, atau laki – laki selalu ada perempuan. Karena memang sudah menjadi takdir Allah bahwa segala sesuatu di muka ini diciptakan secara berpasang – pasangan. Entah telah berada di kilometer berapa aku menjalani panjangnya episode kehidupan. Entah hal apa saja juga yang pernah aku temui selama jalan hidup itu aku lewati. Kilometer berapapun aku juga tidak tahu sekarang aku berada di posisi berapa, tapi yang jelas bahwa kilometer itu ada untuk terus ditempuh seberapapun jauhnya. Keberhasilan tidak hanya menunggu di kilometer terakhir saja, pasti akan ada bonus keberhasilan di tengah – tengah panjangnya jalan kehidupan. Semoga hari ini bisa ja

Selusin Perjalanan Reformasi : Merasa perlu kembali memaknai arti sebuah reformasi

“Aset terbesar bangsa ini adalah sumber daya manusia dan saya yakin jika kita mampu mengelolanya dalam waktu 3 – 5 tahun mendatang Indonesia akan kembali mencapai kejayaan di bidang industri strategis.” (BJ Habibie) Selalu menarik untuk mengikuti perkembangan Indonesia. Mulai dari jaman kerajaan, kemerdekaan, orde lama, orde baru hingga masa reformasi. Semua berjalan sesuai dengan jamannya masing – masing. Ada tinta emas tapi juga tidak jarang tinta hitam mewarnai setiap perjalanan bangsa ini. Tidak ada yang memperdebatkan jika saya mempunyai pernyataan bahwa Indonesia terlahir dengan potensi alam dan potensi manusia yang sungguh luar biasa tapi entah kenapa Indonesia selalu saja jauh dari kata sejahtera. Mungkin terlihat klasik dan juga entah berapa juta orang yang telah membahas masalah ini. Namun sadarkah sahabat bahwa kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan, dan kata – kata sepadan lainnya bukanlah suatu takdir yang tidak bisa diubah. Tuhan pun dengan tegas menyampaikan bahwa “A

di mana panggilan hati itu ???

Sunyi menikmati, mimpi menanti. Apakah hari esok tetap akan jalani di tengah ketidakpastian yang terus membayangi Kau yang bahagia menikmati indahnya malam dengan segala atribut duniamu Tak pernahkah kau bayangkan kalau semua ini hanya kebahagiaan semu Hatimu, hatiku yang akan tau jawabnya

Secercah Harapan itu Bernama "KESEJAHTERAAN"

Nuansa pergantian tahun tak ubahnya suatu momen yang sakral bagi hampir semua penduduk negeri yang katanya gemah ripah loh jinawi ini. Perayaan yang begitu meriah hampir ada di setiap pojok ibu kota kabupaten, propinsi, dan tidak ketinggalan ibu kota negara tentunya. Entah berapa puluh milyar dana yang keluar dari semalam perayaan tahun baru ini. Tidak bermaksud untuk menjustifikasi atau menyalahkan perayaan momen ini, tapi ada satu hal yang selalu menjadi pertanyaan terutama bagi mahasiswa dan semua rakyat Indonesia kapan Indonesia bisa bangkit dari keterperukan dan bermetamorfosis menjadi negara yang sejahtera (welfare state) . Segala resolusi mungkin telah dicanangkan dari para elit politik, selebritis, atlit, dosen, mahasiswa, seniman dan bahkan masyarakat kecil sekalipun. Akankah keinginan para pendiri bangsa untuk menciptakan suatu negara yang sejahtera tercapai di tahun ini? Pertanyaan besar yang selalu bingung bagaimana untuk menjawabnya. Namun nampaknya awal tahun 2010 tak