Pelayanan (Oknum) ASN vs Pegawai Bank

Mencoba membandingkan. Jika kita coba cermati lebih detail lagi, salah satu Bank BUMN, Bank BRI sebelum tahun 2000-an hanya dianggap sebagai bank "kampung" yang standar pelayanannya jauh dari kata profesional. Namun setelah era reformasi, Bank BRI bertransformasi menjadi Bank yang sangat ramah dan profesional pelayanannya. 

Pengalaman saya bekerja di Bank Mandiri juga demikian, setiap karyawan seperti benar-benar paham jika semua perbuatan fraud adalah hina, keji dan sangat tidak pantas untuk dilakukan. Hampir semua rekan saya, saat di CBC Mandiri, menolak saat diberikan "upeti" bahkan sampai dilarang menerima kue sekalipun dari nasabah. Entah doktrin apa yang diberikan, tapi mereka benar-benar paham bahwa fraud benar-benar tidak boleh dilakukan.

Karena kesejahteraan kah? Saya pikir tidak juga, gaji pegawai bank dari level clerk sampai officer sebenarnya tidak besar-besar amat. Saya coba bandingkan dengan gaji PNS. Standar gaji PNS plus tunjangan-tunjangan lainnya sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pegawai bank. Beban tugasnya? Sesama urusan administrasi misalnya, perbankan jauh lebih berat dibanding administrasi di Pemda atau Dinas. Tapi kenapa pelayanannya jauh berbeda?

Seringkali tiap saya berhubungan dengan staf ASN yang mengurusi persoalan administrasi bilangnya, "mas jangan lupa saya ya, uang rokok ya, transport ya, konsumsi ya" dan lain sebagainya. Celakanya mereka sama sekali tidak merasa bersalah meminta seperti itu. Justru kita dianggap mahluk asing jika tidak menurutinya. Sangat berbeda dengan pegawai perbankan.

Pertanyaan selanjutnya, kenapa Pegawai Bank bisa memberikan pelayanan optimal tapi ASN justru sulit sekali melakukannya? Apa sebaiknya status ASN dirubah saja seperti pegawai BUMN lainnya? Kalau orientasinya untuk melayani masyarakat saya pikir itu bukan pilihan yang buruk. ASN bisa dipecat kapan saja jika kinerjanya tidak memenuhi standar key performance indicators yang telah ditentukan. Daripada hanya membebani APBN atau APBD saja. Jadi ke depan ASN akan terus produktif dan berorientasi pada pelayanan ke masyarakat. 

Usulan ngawur jangan terlalu dianggap serius, Cirebon-Indramayu, 1/3/2017 ๐Ÿ˜๐Ÿ˜€๐Ÿ˜ƒ

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar dari “Ketidakbisingan” Yogyakarta

UN Berbasis Minat dan Bakat, Kenapa Tidak?

Imajinasi Percakapan Ayah dan Anak