Mungkin ini Penyebab Korupsi tak Pernah Mati di Negara ini. (Bagian 1)

Kawan kalau berkenan mohon menjawab pertanyaan saya dalam tulisan ini nggeh. Ini bukan soal CPNS atau rekrutmen BUMN, pertanyaan ini hanya sekedar ungkapan hati dari buruh NGO seperti saya yang ingin berbagi "kenyataan." hhee

SATU
Jika anda akan menjadi kepala sekolah kemudian sebelum pengumuman anda ditelpon oleh oknum dan diminta membayar sekian puluh atau ratus juta, apa yang akan anda lakukan? 
a. Membayar sesuai keinginan oknum
b. Nego harga sesuai dengan kemampuan keuangan anda
c. Menolak dengan tegas karena hal ini merupakan praktik KKN

Tidak sulit kan untuk menjawabnya? Iya saya yakin pada soal ini kawan semua pasti menjawab opsi "c." Dan saya yakin mayoritas orang Indonesia akan dengan mudah menjawab pertanyaan ini. Kemampuan menjawan soal yang tidak usah diragukan lagi. Sayangnya, pertanyaan ini tidak mudah dijawab dalam kondisi nyata. Banyak oknum Kepala Sekolah di negara ini yang lahir dari "rahim" transaksi seperti di opsi a atau b. Datanya mana? Kalau memang mau benar mengurusi persoalan ini, ayo saya temani, data kita buktikan di lapangan. Pembahasannya lanjut nanti ya, ayo kita lanjut ke pertanyaan kedua.

DUA
Jika dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) cair, apa yang akan anda prioritaskan? 
a. Iuran atas perintah atasan untuk kepentingan kekuasaan
b. Memotong sekian persen untuk kepentingan pribadi
c. Membelanjakan sesuai dengan komponen BOS

Pertanyaan inipun saya yakin, mayoritas penduduk di negara ini akan dengan mudah menjawab opsi "c." Pembahasannya nanti saja, ayo kita lanjut ke pertanyaan ketiga.

TIGA
Jika anda dipromosikan untuk menjadi Kepala Dinas Pendidikan namun harus membayar sekian ratus juta sebagai mahar, apa yang akan anda lakukan? 
a. Membayar sesuai permintaan
b. Nego sesuai kemampuan
c. Menolak dengan tegas karena ini bagian dari praktik KKN

Untuk kesekian kalinya, kalau ada pertanyaan model begini di UN, saya yakin semua peserta didik akan menjawab jawaban terakhir. Namun kenapa pertanyaan semacam ini tidak mudah dijawab saat kita mengalaminya.

Ahh basi kamu rief, praktik beginian sudah ada dari dulu. Bukan rahasia umum, yang penting kalau udah seperti ini sama-sama ngerti, sama-sama aman.

Saya mahfum dengan cara berpikir mayoritas orang seperti ini. Meski saya sama sekali tidak membenarkan. Praktik sederhana yang saya ilustrasikan dalam pertanyaan di atas bukan sesuatu hal yang baru, bahkan mungkin menjadi sesuatu yang umum di negara ini. Lantas apa hubungannya dengan persoalan korupsi yang tidak pernah mati di negara ini?

Gambar diambil dari : http://assets-a2.kompasiana.com
/items/album/2016/05/20/korupsi-merusak-generasi-
indonesia-573eb0df3a7b6153056adcec.jpg?t=o&v=760
Baik, mari kita berbicara agak filosofis. Pendidikan dimaksudkan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, boleh dikatakan pendidikan adalah investasi jangka panjang yang akan menentukan masa depan negara ini. Pendapat subyektif saya, pendidikan adalah suatu hal yang suci, tempat manusia menuntut ilmu. Sesuatu yang dalam agama yang saya yakini, dinilai sebagai sebuah ibadah yang pahalanya sama dengan orang yang berjihad.

Apa jadinya jika sesuatu yang suci dicampuradukkan dengan praktik menjijikkan bernama "korupsi?" Kepala Dinas atau Kepala Sekolahnya lahir dari rahim transaksi. Belum lagi penyalahgunaan dana BOS. Saya yakin 99,9% akan ada distorsi dari tujuan utama pendidikan sebagai sesuatu yang sebenarnya sangat sakral dan suci.

Praktik di lapangan sangat menyedihkan boy/sist, saya tidak hendak menyerah dengan kenyataan. Saya tetap melakukan sesuatu, sesuai kapasitas yang saya mampu. Dan menulis seperti ini adalah satu ikhtiar saya. Berharap masih ada penguasa yang baik, yang peduli dengan hal-hal seperti ini. Jika pendidikan sebagai solusi jangka panjang untuk memperbaiki negara ini terkotori oleh tangan-tangan "busuk" para koruptor, akan jadi apa anak-anak bangsa di negara ini.

Oh ya tulisan ini umum ya, bukan untuk menyudutkan salah satu negara ninja. Saya juga yakin masih ada pelaku pendidikan yang benar-benar tulus mengabdi untuk kemajuan pendidikan di negara ini, Kepala Dinas dan Kepala Sekolah yang lahir dari rahim prestasi bukan transaksi. Hanya jumlah mereka minoritas, warna mereka tak mampu mendominasi "hitamnya" keadaan di dunia pendidikan ini. Mereka melakukan sebaik yang mereka mampu dan itu yang meyakinkan saya bahwa masih ada harapan korupsi akan punah di negara ini.


Bersambung.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar dari “Ketidakbisingan” Yogyakarta

UN Berbasis Minat dan Bakat, Kenapa Tidak?

Imajinasi Percakapan Ayah dan Anak