Celoteh tentang Tumpang Pitu, Pulau Merah dan Bupati Anas (Empat)

Lanjutan (lagi) 

Yenny Wahid, nama beliau yang dalam beberapa hari juga memengaruhi kualitas tidur saya,hhe. Saya dapat informasi dari seorang sahabat bahwa yang bersangkutan menjadi salah satu alasan kenapa IUP Operasi Produksi di Gunung Tumpang Pitu. Jika kita menggunakan ilmu "gatuk-gatuk" atau kalau dalam acara ini talkshow selalu diakhiri dengan kata "wow-wow-wow," sepertinya jayus, tapi ya sudahlah mari kita tetap lanjutkan analisisnya :p

Pada pilkada tahun 2010, Bupati Anas sebenarnya adalah kuda hitam. Maklum karier politiknya lebih mentereng di pusat daripada di daerah. Keterpurukan Kab. Banyuwangi di periode sebelumnya mungkin menjadi alasan beliau untuk maju dan rela meninggalkan kursi nyaman beliau di DPR RI. Saya tidak tahu banyak track record beliau, hanya yang jelas almarhum Bapak saya bilang beliau orang baik dan pantas untuk didukung. 

Harus diakui demokrasi langsung salah satu efek negatifnya adalah cost politic yang sangat tinggi. Dan MUNGKIN di sinilah transaksi politik itu terjadi. Yenny Wahid dan Bupati Anas dibesarkan dari rahim politik yang sama, yaitu PKB. Partai yang basis masa terbesarnya adalah di daerah tapal kuda, termasuk Banyuwangi. Dalam ilmu "gatuk-gatuk (wow-wow-wow)" sangat mungkin hal ini terjadi. Bukan prejudice tapi kemungkinan berdasarkan fakta yang muncul sebelumnya. 

Fakta yang pertama, pemegang IUP Eksplorasi sebelumnya, PT. IMN jika merunut pada UU No. 4 Tahun 2009 Pasal 46 ayat 1 dijelaskan bahwa setiap pemegang iUP Eksplorasi dijamin untuk memperoleh IUP Operasi Produksi sebagai kelanjutan kegiatan usaha pertambangannya. Lantas kenapa Bupati Anas lebih memilih PT. BSI dibanding PT. IMN? Saya tidak suka penambangan dilakukan oleh siapapun di Banyuwangi tapi kalau kita coba cermati ada kejanggalan dan bagi saya PT. IMN terdzolimi dalam hal ini. 

Fakta kedua, sebagai calon Bupati saat itu, Bupati Anas jelas butuh modal besar. Modal politik untuk mencalonkan, untuk biaya tetek bengek sampai akhirnya beliau terpilih. Berharap dari biaya pribadi sepertinya rada mustahil jadi ada kemungkinan Gunung Tumpang Pitu ini menjadi upeti transksi dari para pemodal. Sebenarnya bukan suatu hal yang “wow” dalam dunia perpolitikan karena memang orientasinya adalah memenuhi kepentingan masing-masing kelompok yang mendukung Bupati Anas. Yenny Wahid sebagai seorang tokoh dan kader bisa saja maksud ditempatkan sebagai komisaris independen di induk perusahaan PT. BSI adalah untuk mempermudah perizinan ini. Jadi kita wajib waspada ada kepentingan apa dibalik kemudahan IUP Operasi Produksi yang dikeluarkan Bupati Anas. Alhamdulillah, saya bangga dengan Yenny Wahid yang memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatan komisaris independen tersebut. 

Fakta ketiga, jika alasan yang digunakan Bupati Anas dalam mengeluarkan IUP Operasi Produksi adalah karena UUD yang berkaitan dengan persoalan hajat hidup orang banyak dan kesejathteraan rakyat, maka bisa dipastikan Bupati Anas keliru dalam hal ini. Ekonomi masyarakat Banyuwangi terutama Banyuwangi selatan berkembang pesat semenjak beralih dari petani padi ke jeruk dan buah naga. Indikatornya apa? Silahkan bagi yang tidak percaya main atau berkunjung di wilayah Banyuwangi selatan. Apalagi semenjak Bupati Anas juga mengampanyekan pariwisata di wilayah Banyuwangi selatan, tambah meningkat lagi kondisi ekonomi di daerah sana. 

Saya tidak anti dengan pertambangan, saya memaklumi kegiatan tersebut. Hanya saja Banyuwangi bukan tanah gambut yang susah untuk ditanami, bukan daerah yang tertinggal. Lihatlah dari sisi sumber daya alam, tanahnya subur, ikannya banyak, wisatanya bagus, lantas kenapa memilih untuk mengorbankan ketiga hal tersebut? 

Sampai dengan saat ini saya masih belum paham alasan Bupati Anas mengeluarkan IUP Operasi Produksi ke PT. BSI, satu-satunya yang bisa saya terima meski sebenarnya menyakitkan adalah ada kemungkinan transaksi di balik IUP Operasi Produksi. Semoga jika ini terindikasi suap, KPK segera turun tangan. Namun jika ini murni keinginan Bupati Anas untuk memajukan Kab. Banyuwangi, semoga beliau memikirkan ulang untuk tetap melanjutkan kegiatan penambangan. Karena dengan potensi maritim, pertanian dan pariwisat rakyat Banyuwangi sudah sangat makmur. 


Salam hormat. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar dari “Ketidakbisingan” Yogyakarta

UN Berbasis Minat dan Bakat, Kenapa Tidak?

Imajinasi Percakapan Ayah dan Anak