Pak Mat Yusak Sang Imam Abadi Mushola

10 Februari 2011.....

(ingin sekali bisa belajar dari keistiqomahan beliau)

Sederhana, tawadhu, kalem, dan sedikit ngomong. Iya,, begitulah kurang lebih ciri-ciri beliau. Sudah lama sebenarnya aku ingin menceritakan sosok beliau. Beliau adalah imam di langgar (istilah jawa untuk mushola) dari awal aku sholat di langgar sampai saat ini. Beliau tetap menjadi imam abadi. Tak ada satupun yang bisa mengganti posisi beliau terkecuali kalau beliau sedang sakit atau berhalangan saja. Pak Mat Yusak,, aku sering memanggilnya begitu meski aku sendiri gak tau nama lengkap beliau sebenarnya siapa.hhe.

Banyak hal yang bisa aku ambil pelajaran hidup dari seseorang yang bertubuh kecil dan berambut putih ini. Awalnya sempat beberapa kali aku silang pendapat terutama saat aku mulai mengerti dunia selain di desaku. Tepatnya saat beranjak sma, seringkali aku menemukan hal-hal yang sifatnya doktrinisasi dan tidak membuka hal-hal luar yang mungkin juga ada nilai manfaatnya. Tapi baru sekarang aku sadar bahwa mencegah itu memang lebih baik daripada mengobati. Memang aku akui karakter beliau yang terkesan ortodoks tidak membuka peluang bagi masuknya hal-hal yang berpotensi mengurangi konsistensi ibadah yang beliau yakini selama ini. Tentu jelas hal-hal seperti ini nampak begitu membosankan bagi para remaja tidak terkecuali aku yang ada dalam bagian itu,hhe. Yah,, aku baru sadar bahwa kemudahan akses dalam segala hal itu memudahkan kita untuk menyimpang akan hal-hal yang selama ini kita yakini. Aku kagum dengan beliau dengan keistiqomahan beliau dalam menjaga ibadanya semoga beliau tetap istiqomah dengan apa yang beliau yakini.

Banyak hal yang menarik dari kehidupan beliau. Salah satu yang membuat aku kagum adalah kesederhanaan beliau. Tak pernah aku lihat beliau berkeinginan punya motor, mobil, tv, atau membangun rumahnya. Aku tidak tahu persis sumber penghasilan beliau dari mana, tapi sedikit banyak yang aku ketahui beliau berprofesi sebagai tukang kayu. Di luar jabatan beliau sebagai imam abadi di langgar, beliau bekerja sebagai tukang kayu. Sangat menakjubkan bagiku di zaman yang katanya serba teknologi ini, tak ada tv di rumah beliau, kendaraan bermotor, atau barang-barang primer yang mungkin ada di setiap sudut rumah kita. Ketawadhuan beliau meyakinkan aku bahwa kebahagiaan itu bukang karena harta dunia tapi urusan hati dan jiwa. Iya, aku menemukan hal itu pada beliau. Meski dengan segala keterbatasan yang dimiliki beliau tetap merasa bersyukur dengan kehidupan yang dijalaninya.

Satu-satunya mimpi yang aku tahu dari beliau adalah pergi ke tanah suci, bukan beli kendaraan, beli tv, beli perabotan rumah atau kebutuhan-kebutuhan lainnya. Maaf tidak bermaksud untuk menyinggung, tapi jika kita coba untuk merasionalisasikan dengan penghasilan sebagai tukang kayu tentu banyak yang menjadikan pergi ke tanah suci sebagai prioritas kesekian. Sederhananya mending memenuhi kebutuhan sehari-hari dari pada maksain pergi ke tanah suci. Apalagi sekarang dari hari ke hari kebutuhan pokok makin tidak terkendali. Aahhhhhrrrggggg susah jika terlalu berharap pemimpin negeri ini memerhatikan keterpurukan negara ini. Jadi males ne kalau udah ngomongin politik mending belajar hikmah lagi ja ma kehidupan Pak Mat Yusak J

Rumahku dengan rumah beliau berhadapan, rumahku ada disebalah selatan jalan dan rumah beliau ada di sebelah utara jalan. Jadi seringkali aku bisa memerhatikan aktivitas yang ada di rumah beliau. Mushola tempat ibadah kami ada di dekat rumah beliau, tepatnya sebelah timur rumah beliau. Dari sholat shubuh sampai isya beliau adalah pemegang hak mutlak sebagai imam di mushola ini,hhe. Terkadang kalau tidak ada jamaah beliau yang adzan sendiri dan keluarga beliau yang menjadi imam. Aku merasa kedamaian di kehidupan beliau meski tentu banyak masalah yang mereka hadapi.

Setelah sma aku memang tidak lagi bisa memantau kehidupan beliau secara intens karena memang tanggungjawab aku sebagai orang yang sedang mencari ilmu mengharuskan aku pergi agak jauh dari desaku. Dalam setahun mungkin aku 2 atau 3 kali pulang ke rumah. Tapi tiap kali pulang aku usahakan bisa terus berjamaah di langgar dekat rumah itu. Dan tetap Pak Mat Yusak bertindak sebagai imam, tidak tergantikan sama sekali posisi beliau dari aku kecil sampai usia saat ini. Caranya pun sama, kayaknya lempeng aja kehidupan beliau dari aku kecil samapi sekarang,hhe. Subhanallah, dalam hati ingin sekali aku bisa menjadi orang yang istiqomah seperti beliau. Agama kita menyampaikan kalau Allah tidak suka amalan yang besar tapi cuman sesaat, tapi Allah jauh lebih menyukai amalan yang kecil yang istiqomah. Dan aku menemukan itu pada diri beliau.

Entah bulan ke berapa dan tahun berapa aku pulang, tapi ada hal luar biasa yang aku temukan dari sosok beliau. Aku dapat informasi beliau telah naik haji, subhanallah aku terharu dan merinding mendengar kabar itu. Dalam hati aku berbicara kuasa Allah memang tidak ada yang bisa menjangkau. Kalaupun boleh dinilai barang istimewa yang ada di rumah beliau mungkin hanya sepeda jengky merk Phonix warna biru yang menjadi kendaraan untuk kerja dan aktivtas lainnya. Tapi memang kalau Allah sudah berkenan apapun bisa terjadi dan beliau membuktikan beliau bisa datang ke rumah Allah. Ah sungguh dalam logika matematisku hal itu sangat tidak mungkin dengan penghasilan beliau yang hanya tukang kayu, tapi siapa yang bisa menolak jika Allah sudah berkehendak J. Maha besar Allah dengan segala kuasa yang dimiliki-Nya.

Menjadi miskin atau kaya memang menjadi kuasa mutlak yang telah digariskan oleh Sang Maha Kuasa. Tapi ikhtiar dan doa bisa menjadi bahan pertimbangan bagi Allah untuk memberikan nikmat bagi setiap hamba-Nya. Dan yang terpenting adalah kedamaian jiwa tak selamanya disandarkan akan sesuatu yang berhubungan dengan harta tapi kedamaian jiwa yang sejati itu saat seorang hamba telah mampu meraih cinta Sang Penciptanya. Bukankah Allah Maha Kaya? Dari dalam hatiku sering bertanya bisa saja Pak Mat berdoa agar bisa memiliki motor, mobil, tv, atau barang-barang mewah lainnya. Tapi nampaknya hal itu tak lagi menjadi keinginan utama bagi beliau. Datang ke tempat suci adalah mimpi beliau dan beliau berhasil mewujudkannya. Subhanallah. Semoga kita bisa mendapatkan hikmah dari kehidupan beliau J

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar dari “Ketidakbisingan” Yogyakarta

UN Berbasis Minat dan Bakat, Kenapa Tidak?

Imajinasi Percakapan Ayah dan Anak