Tentang Pecel Ayam


Harga suatu barang ditentukan oleh mekanisme pasar. Begitulah kira-kira yang saya ingat dari beberapa teori ekonomi yang pernah saya pelajari. Teorinya siapa ini, saya juga lupa pastinya.hhe. Tapi kalau tidak salah teorinya Mbah Smith. Beberapa hari yang lalu saya tidak sengaja membicarakan fluktuasi konsumen dalam satu bulan penjualan pecel ayam di Kendari. Tentu dengan si Mas Penjual yang sudah pasti orang Jawa Timur. Celetukan saya pertama adalah “tumben kok sepi Mas ?” Kemudian si Masnya menjawab “iya mas, kalau menjelang tanggal 25 biasane sepi. Engko tanggal 25 ke atas biasane rame maneh. Tengah ulan sepi maneh.”

Pembicaraan kemudian berlanjut tentang harga bahan pokok dari bisnis kuliner yang hampir ada di setiap penjuru Indonesia ini. Saya bertanya ke Mas Penjual, “Emang regane harga pokok neng Jawa karo neng Kendari bedo adoh Mas? Soale kok bedone adoh banget rego pecel lele neng kene karo neng Jawa,hhe.” Si Mas Penjual kemudian menjelaskan hal yang menurut saya sangat menarik dalam dunia perekonomian.

Mas Penjual menjelaskan yang intinya kurang lebih sebagai berikut, “Sebenere bedone ora adoh mas, regone daging neng Jawa karo neng Kendari paling cuman selisih beberapa ribu ae. Barang-barang liyane yo podo ae mas, bedone ora akeh. Cuman neng kene enek paguyuban sing dodol pecel lele netapno harga minimale piro. Bene seragam, lek enek sing dodol luweh murah biasane diseneni karo anggota paguyuban liyane.” Pembicaraan sederhana ini menurut saya sangat menarik. Menarik karena invisible hand yang juga dibilang Mbah Smith itu jauh lebih berkuasa daripada pasar yang sebenarnya.

Percakapan sederhana ini membuat otak saya berpikir ke hal-hal yang jauh dari jangkauan,hhe. Bagaimana invisible hand di tingkat ekonomi makro bermain? Benarkah konspirasi yang seringkali membuat otak ini bingung mendeteksi keberadaannya, benar-benar meliki posisi strategis dalam menentukan kondisi ekonomi suatu bangsa? Kadang saya berpikir sederhana, sesusah itukah mengedalikan harga bahan pokok? Ahhh, pasti banyak ahli ekonomi di negara ini. Dan yang pasti mereka pasti jauh  lebih tahu. Tentang hukum permintaan dan penawaran menurut pendapat saya, seringkali hanya sebagai perisai Sang Invisible Hand dalam memainkan perannya. Dunia memang selalu menyimpan banyak pertanyaan,hhe. Pertanyaan yang adakalanya bisa dijawab dan dibuktikan, adakalanya juga terjawab oleh asumsi-asumsi yang kita sendiri tidak tahu kenyataannya seperti apa. Ahh Indonesia memang menyimpan sejuta tanya :D

Kendari, 25 Mei 2013




  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar dari “Ketidakbisingan” Yogyakarta

UN Berbasis Minat dan Bakat, Kenapa Tidak?

Imajinasi Percakapan Ayah dan Anak