Catatan Seorang Peneliti (Sengketa Tanah)



Eksekusi tanah oleh aparat :(

9 Juni 2012, 13:11 WITA

Sengketa tanah adalah persoalan yang seringkali muncul di pulau ini. Bukan lagi menjadi persoalan sebatas hukum di meja hijau, tapi lebih dari itu. Tanah bisa menjadi sebab utama perang sesama saudara. Kejadian yang hanya bisa diselesaikan dengan pertumpahan darah. Eitss bukan bermaksud lebay ya, tapi beginilah kenyataannya berdasarkan informasi yang aku terima dari warga.

Tahun 2010 menjadi bukti yang tidak bisa dielakkan meski mungkin tak banyak yang tau ada Sampit jilid kedua di Tarakan, hampir sebulan suasana mencekam karena perang saudara. Sahabat, benar adanya jika Indonesia menyimpan begitu banyak potensi alam, tapi seringkali potensi alam itu yang menjadi sumber keserakahan para penduduk negeri ini.

Terlalu jauh jika harus menyalahkan Belanda karena hanya memusatkan perhatian pada kepemilikan tanah di Pulau Jawa. Di Kalimantan, berdasarkan diskusi dengan salah satu pejabat pemerintah, aku banyak mendapatkan informasi bahwa masih sangat banyak kepemilikan ganda akan hak tanah. Dan yang lebih ngeri, seringkali para developer sengaja membeli tanah sengketa. Silahkan berasumsi kenapa para developer lebih senang membeli tanah sengketa. Aku hanya mencoba menyampaikan informasi dari apa yang aku dapatkan. Meski tentu tak semua dan aku harap ini hanya sebagian kecil dari sekian banyak para developer di negeri ini.

Menjadi pintar bukan untuk membodohi orang. Apalah bedanya kita dengan penjajah jika kenyataannya kita menjajah saudara kita yang mungkin secara pengetahuan keilmuwan kurang berutung disbanding kita. Berpolitik untuk mendapatkan kekuasaan yang berujung pada uang, menambang potensi alam dengan dalih kemakmuran tapi ujungya kekayaan pribadi, atau membela kebenaran atas nama hukum namun tetap berasas siapa yang berduit itu yang akan dibela. Sedih ya? Sama dengan yang aku rasakan.

Selalu yakin bahwa Tuhan tidak pernah membebani suatu kaum, di luar batas kemampuan yang dimilikinya. Selalu yakin bahwa akan nada pelangi setelah hujan badai. Selalu yakin bahwa siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil. Kalimat-kalimat itu adalah mantra ajaib buat kita yang ingin terus berinvestasi amal dan manfaat bagi orang lain. Harus tetap semangat !

Aku sedang coba mendekati kaum mahasiswa, iya, aku pikir mahasiswa adalah kaum ideal yang bisa aku masuki. Sekedar sharing atau berbagi ide yang kemudian berlanjut action untuk mengatasi masalah ini. Jika saatnya nanti tiba, aku berharap mahasiswa bukan lagi menara tinggi yang hanya berbicara idealisme di dunia semu, tapi benar-benar memegang idealisme sebagai prinsip yang harus ditegakkan. Aku yakin nilai-nilai kebenaran itu universal dan berlaku untuk agama manapun. Jadi tak ada alasan berbuat baik untuk sesama dibatasi oleh nilai-nilai agama. Pun termasuk saat kita mengabdi pada masyarakat. Berharap agar menjadi pribadi yang bermanfaat sekecil apapun hal yang bisa kita lakukan.

Pemahaman aku dan juga masyarakat lain yang mungkin belum begitu tahu tentang undang-undang agraria menjadi target awal untuk membuat aku dan masyarakat yang belum ngerti menjadi paham akan aturan ini. Semoga 2-3 bulan mendatang aku bisa mewujudkan ide ini. Pendidikan Undang-undang agrarian untuk masyarakat. Insya Allah.

Bersambung.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar dari “Ketidakbisingan” Yogyakarta

UN Berbasis Minat dan Bakat, Kenapa Tidak?

Imajinasi Percakapan Ayah dan Anak