JANGAN DULU MENCACI !!! Bisa jadi kita bagian dari KORUPTOR. Mungkinkah?

Apa yang terjadi di suatu negara bisa terlihat dari apa yang dilakukan oleh para pemudanya. Jika mayoritas para pemuda lebih suka cara instan, tidak mau bekerja keras, dan cenderung-cenderung bermalas-malasan bisa disimpulkan negara itu akan terpuruk sekarang dan di masa yang akan datang. Karena pemuda adalah cerminan suatu negara.

Mencoba berpikir sederhana. Iya mungkin itu yang bisa kita lakukan. Memahami fenomena yang makin hari makin sulit sya atau mungkin juga saudara untuk sekedar dimengerti. Tpi bukan berarti optimisme itu hilang dalam diri kita. Tidak, tidak sama sekali. Karena optimisme itu yang akan terus menjadi bahan bakar untuk mewujudkan mimpi-mimpi kita.

Tak usah bertanya pada ahli untuk sekedar memahami keadaan negeri ini. Siapapun saya yakin pasti dengan lancar akan menjelaskan kebobrokan negeri ini. Negara yang katanya jamrud khatulistiwa. Ahhh... apa mungkin julukan itu masih bisa dibanggakan masyarakat negeri ini? Emmm setidaknya kita yag harus tetap memelihara kebanggaan itu. Kita yang punya niat dan usaha untuk memperbaiki keterpurukan negara ini sesuai dengan potensi yang kita mliki. Lalu dari mana kita harus memulai? Kalau semua jalan seakan-akan telah buntu oleh catatan-catatan hitam para pembuat onar di negara ini. Saya pikir jangan dlu kita menjustifikasi, bisa jadi kita secara tidak sadar terlibat dalam memberikan kontribusi terhadap catatan-catatan hitam itu.

Saya tidak ingin membahas keterpurukan negara ini dari sisi elit terlebih dahulu. Tapi saya ingin membahas dari aspek kita sebagai entitas sosial yang tentu terlibat dalam setiap aktivitas yang memberikan warna terhadap kondisi negara ini. Banyak hal yang terkadang kita bicarakan, kita caci, kita maki, kita umpat, tapi sebenarnya secara tidak langsung kita terlibat dalam bagian itu. Sebagai contoh misal. Saat kita mendeklarasikan diri kita sebagai aktivis yang hampir tiap bulan demo, atau bahkan setiap kali ada kebijakan yang dibuat pemerintah kita selalu protes, atau mungkin tiap kali ada kasus korupsi terungkap kita mati-matian ingin pelaku dihukum sekuat-kuatnya. Tapi pertanyaan yang coba saya ajukan adalah benarkah SAAT INI kita berada di jalur yang benar? Jalur yang mungkin bisa dijadikan panutan bagi siapapun yang melihat kita secara utuh?

Pasti bingung ya,hhe. Gak pa2 berarti itu artinya anda menyimak tulisan ini. Maksud saya seperti ini, saat anda memtuskan untuk mencaci orang yang korupsi benarkah anda pada SAAT INI telah melakukan aktivitas yang terbebas dari hakekat masalah korupsi? Contoh yang paling sederhana, jika anda tertekan karena tidak bisa menjwab soal ujian apa yang anda lakukan? Percaya dan jujur ama diri sendiri atau mencotek yang tentu tidak jujur ama diri sendiri dan terkategorikan sebagai korupsi? Apa bedanya terus jika seorang aktivis teriak-teriak di jalan tapi saat ujian dia tidak percaya ama diri sndiri? Bukankah korupsi itu muncul karena keadaan? Mungkin karena tidak cukup kebutuhan atau mungkin terlalu ingin memiliki sesuatu yang lebih di mata orang. Sama halnya dengan seorang pelajar atau mahasiswa. Ingin memiliki nilai yang baik, yang sempurna, yang bisa membuat orang sekitar tersenyum melihatnya. Tapi apakah dibenarkan jika apa yang kita dapatkan itu lewat jalur yang tidak benar? Terus apa bedanya kita dengan koruptor?

Sederhanalah kawan dalam berpikir. Sebelum bertindak atau menjustifikasi seseorang ada baiknya kita intropeksi terlebih dahulu. Sya memahami arti pergerakan sampai saat ini kenapa selalu cenderung jalan ditempat. Ataupun kalau sudah berhasil seperti halnya angkatan ‘66 atau ’99 apa yang dihasilkan tidak seperti yang diharapkan. Tentu banyak hal yang menjadi alasan. Dan mungkin salah satu hal tersebut adalah karena kita sebagai pelaku tak memahami betul apa yang seharusnya kita lakukan. Dalam beberapa hal memang kita lebih senang mengkritk daripada dikritik. Itu wajar karena memang manusia itu cenderung bertahan jika ditekan. Tapi yang perlu dipahami sesuatu yang besar itu berawal dari yang kecil. Bisa jadi sekarang kita tidak jujur dengan diri kita sendiri karena ingin mendapat nilai yang baik. Ke depan sangat tidak menutup kemungkinan kita kembali tidak jujur dengan diri kita sndiri karena alasan kebutuhan istri, anak, atau keinginan pribadi. Semoga kita terlindungi dari perbuatan-perbuatan keji tersebut.

Marilah kita merubah keadaan dengan terlebih dahulu merubah diri sendiri. Sudah cukup negara ini jadi parodi para orang yang hanya ingin mencari popularitas yang tentu ujung-ujungnya duit. Dengan uang memang kita bisa melakukan banyak hal tapi kalau uang yang kita dapatkan bisa melukai banyak orang apa kita tega memakan daging saudara kita sendiri? Salah satu cara paling efektif untuk merubah negara bisa kita mulai dari diri kita sendiri. Memulai jjur dengan segala keadaan meski terkadang tidak mudah untuk menjalaninya. Allah punya skenario yang tentu terbaik bagi setiap yang melakukannya. Yang harus kita lakukan hanya berusha memerankan skenario itu sebaik yang kita mampu. Karena Allah pasti akan menilai seberapa gigih perjuangan yang kita lakukan. Kalau balasan tidak di dunia pasti Allah akan membalasnya di akhirat. Pasti !!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar dari “Ketidakbisingan” Yogyakarta

UN Berbasis Minat dan Bakat, Kenapa Tidak?

Imajinasi Percakapan Ayah dan Anak