Tentang Facebook, Zaskia Gotik dan 4 November 2016.

Entah kenapa saya merasa ada yang aneh dengan peristiwa akhir-akhir ini. Bukan persoalan tentang isu yang berkembang tapi lebih kepada respon para netizen terkait isu yang berkembang. Perang pendapat tak berkesudahan, saling menyalahkan, saling mengaku yang paling benar. Wallahhh mumet kalau dirasak-rasake. 

Bagi saya demonstrasi itu urusan yang sangat biasa. Toh konstitusi juga melindunginya. Sama halnya dengan para aktivis saat demo memperjuangkan harga bbm. Bias pemahaman yang menurut saya jadi fatal adalah saat masing-masing mengklaim pendapatnya adalah yang paling benar. Dan dalam hal Facebook memiliki peranan yang sangat vital. Media paling enak untuk membuat opini, mengarahkan opini, atau bahkan menyalakan sumbu kompor.

Sebagai seorang muslim, saya memandang persoalan tanggal 4 November 2016 itu tak ubahnya proses demokrasi. Bahwa ada saluran politik dan hukum yang dinilai mampet oleh kelompok kepentingan. Dan dalam teori labu G. Almond (kalau gk salah, wkwkwk) hal ini justeru dinilai sebagai proses yang baik. Artinya ada kontrol dari masyarakat yang berarti ada proses kesimbangan di sini.

Lantas apa modusnya? Sara? Ini yang menjadi sensitif. Andaikata saya seorang pejabat publik dan saya berstatement kontroversi tentang Pancasila, Kitab Injil, atau Dasa Dharma Pramuka misalnya, pasti akan ada orang yang menganggap pernyataan tersebut sebagai sebuah pelecehan. Ingat apa yang dilakukan Zaskia Gotik beberapa waktu yang lalu? Dari perspektif Zaskia Gotik saya yakin dia tak ada maksud menghina Pancasila. Tapi masyarakat tentu ada yang menilai lain saat ada perilaku atau ucapan yang cenderung kontroversi saat dihadapkan pada sesuatu yang dianggap oleh masyarakat sebagai suatu hal yang suci. Apalagi hal tersebut disampaikan oleh orang yang dikenal oleh masyarakat luas.

Hikmahnya adalah siapapun kita, apapun jabatan kita, dan dimanapun kita berada menjaga ucapan dan akhlak itu merupakan hal wajib. Bilang "jancok" di Surabaya tentu akan beda maknanya saat diucapkan di Banyuwangi? Apalagi yang bilang seorang pejabat.
Saya menulis ini bukan karena saya tidak mencintai keberagaman. Saya menuliskan ini karena menegaskan bahwa ini persoalan bagaimana hukum seharusnya ditegakkan, tidak melihat latar belakang apapun. Saya sangat mencintai keberagaman, atas ijin Allah jika tidak ada Pak Por, pembina Pramuka saya di SMP (beliau beragama Kristen) saya mungkin akan terlibat dalam balap liar yang lebih menyeramkan. Atas ijin Allah juga, pada saat di BEM Fisip Unpad dulu partner saya juga seorang penganut Kristen yang taat, nama beliau mas Ferren. Saya tidak malu untuk bilang saya "mencintai" beliau-beliau tersebut.

Tentang tanggal 4 November 2016 saya memutuskan untuk tidak ikut bergabung. Bukan berarti lantas saya tidak mencintai Islam, karena tidak membela al qur'an. Saya memilih peran sebagai pendoa beliau-beliau yang turun di jalan, agar senantiasa diluruskan niatnya, dijaga akhlaknya dan dimudahkan urusannya. Bagi yang menjelek-jelekkan mereka yang turun di jalan, mungkin Anda perlu menetralkan diri, coolingdown sejenak serta berefleksi dalam memaknai konstitusi. Insya Allah ini bukan persoalan pilkada, selain pemahaman saya tentang isu ini, keyakinan saya juga dikuatkan oleh Ustadz yang saya kagumi sampai detik ini, Aa Gym, yang juga memutuskan untuk turun ke jalan. Pribadi yang saya yakin jauh dari kepentingan politik.

Saya pribadi adalah salah satu orang yang mengagumi kinerja Pak Ahok, ada beberapa katakter kepemimpinan beliau yang saya acungi jempol. Hanya saja menurut saya memang beliau harus lebih banyak belajar tentang bagaimana mengungkapkan sesuatu. Bukankah lidah lebih tajam dari pedang? Semoga peristiwa ini membuat kita semakin dewasa menjadi jamaah Facebook. Untuk Facebook, selamat Anda telah menjadi bagian penting dalam sejarah negara ini, sejarah yang positif dan negatif tentunya.

Salam Hormat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar dari “Ketidakbisingan” Yogyakarta

UN Berbasis Minat dan Bakat, Kenapa Tidak?

Imajinasi Percakapan Ayah dan Anak