Kedamaian itu agama, cinta, seks, drugs, atau kekayaan?

Sekedar bercerita akan dunia yang mulai tak bisa dilogika...

Sekedar menulis akan kisah pemuda yang semakin jauh dari agama...

Dan sekedar bertutur akan tetap adanya kesempatan bagi manusia untuk menuju ridhoNYA...

Part 1

Berparas cantik, bertubuh ideal, berkulit putih, berotak cerdas, ahhh pkoknya idaman setiap laki-laki deh. Namanya Naela, anak konglomerat yang katanya salah satu orang terkaya di Kota Bandung. Tak ada yang meragukan kelebihan dunia yang ia miliki. Tak terkecuali Roni. Pemuda tampan, bertubuh tegap, berkelakuan agak liar, tipikal lelaki anti kemapanan yang selalu berontak dengan keadaan.

Keduanya tanpa sengaja dipertemukan di jalan. Jalan menuju dunia hitam lebih tepatnya. Bagi Naela diskotik, minuman keras, dan segala hal yang berkaitan dengan dunia gemerlap malam adalah obat mujarab untuk mendapatkan kedamaian yang selama ini begitu mahal ia rasakan. Sedangkan Roni, dia lebih suka hidup di jalan, mencari kedamaian dengan merusak kantor-kantor pemerintah karena dia pikir itu tempat orang busuk yang bisanya hanya ngabisin uang orang atau sekedar ngopi dipinggir jalan sambil sesekali menatap bulan. Bagi Roni bulan adalah sumber kedamaian karena sinarnya di sekitar lingkungan yang hitam membuatnya begitu menawan untuk dipandang.

Malam itu, hari Senin tanggal 23 Nopember dipersimpangan jalan dago, Naela dan Roni bertemu. Acara bertema i love Monday menjadi awal pertemuan mereka. Pertemuan yang kelak akan menyadarkan keduanya kemana harus mencari kedamaian itu.

Tak butuh lama untuk akrab, karena keduanya sama-sama memiliki daya tarik yang bagi beberapa orang susah untuk mengatakan tidak jika didekati tipikal orang yang punya kelebihan salah satu diantara mereka. Waktu yang semakin larut semakin mendekatkan kedua insan ini. Dari ngobrol tentang hobi berlanjut sampai pada obrolan tentang hati. Malam itu juga, iya pada malam itu mereka mencoba menyatukan hati atas nama ikatan perasaan. Layaknya pecandu dunia malam lainnya, malam itu mereka juga mencoba mencari jawaban apa itu kedamaian hati dengan saling menikmati keindahan tubuh yang mereka miliki. Damainya malam menjadi saksi kedua insan yang sedang berkompetisi dengan nafsu birahi.

Pagi hari tiba. Dengan aroma malam yang masih melekat di kedua tubuh mereka, Roni dengan spontan mengucapkan pagi syang. Hari yang indah. “Bagaimana persaanmu syang?” Dengan muka yang tersenyum meski terlihat masih sangat lelah Naela menjawab “aku bahagia syang.” Kalimat yang entah apa penyebabnya langsung membuat hati naela merasa begitu sepi meski ada kesenangan dunia yang ia dapatkan. Hati yang seperti kosong tak bertuan, kerasa begitu hampa. “Ahh” dalam hati Naela mencoba menafikkan hatinya sendiri. Sedangkan Roni, di balik senyuman awal yang telah ia berikan pada Naela, ia membalikkan badan dan merasa ada rasa sakit yang begitu mendalam karena telah merasa membohongi dirinya sndiri. “ada apa dengan diriku? harusnya aku bahagia. Tapi kenapa dengan diriku?” pertanyaan yang berulang-ulang ia tanyakan pada dirinya sendiri...

Next part 2....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar dari “Ketidakbisingan” Yogyakarta

UN Berbasis Minat dan Bakat, Kenapa Tidak?

Imajinasi Percakapan Ayah dan Anak