CURAHAN HATI SEORANG YANG SEDANG MENGERJAKAN SKRIPSI

26 Januari 2011 (20:05)

Sebenarnya saya sudah lama ingin menuangkan apa yang adai di dalam otak ini tapi baru sekarang bisa terealisasikan,hhe. Saya mengakui susah memang menuangkan pikiran dalam tulisan ilmiah seperti skripsi tapi tidak menjadi halangan jika menyampaikan sesuatu dalam bentuk tulisan biasa meski tidak EYD tpi insya Allah bisa dipertanggungjawabkan,hhe. Selain itu, meski sekarang kita sudah jarang dipertemukan di kelas, semoga semangat untuk terus belajar tetap tertanam sampai kapanpun.

Berawal dari kewajiban saya sebagai mahasiswa tingkat akhir,hhe, saya mengambil tema pengelolaan tambang emas dilihat dari translasi jejaring-aktor dalam skripsi saya yang kebetulan bertempat di Banyuwangi. Awalnya saya hanya ingin tahu sejauh mana peranan aktor-aktor yang terlibat dalam pengelolaan tersebut. Tapi lama-kelamaan kok semakin banyak pertanyaan dalam otak ini. Ada beberapa hal yang menjadi pertanyaan tersebut meski saya sudah melakukan triangulasi tetap saja belum menemukan jawaban yang memuaskan. Semoga dari diskusi dengan manusia-manusia hebat seperti yang membaca tulisan ini, saya bisa menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk di otak ini J

Pertama, secara umum aktor yang terlibat dalam pengelolaan tambang emas itu terkategorikan sebagai pemerintah selaku pemberi izin, corporasi selaku pelaksana izin, dan masyarakat selaku pihak yang secara langsung maupun tidak langsung terkena dampak dari hasi pengelolaan tambang tersebut. Pertanyaan yang muncul dalam benak saya waktu sebelum melakukan penelitian di lapangan adalah siapakah aktor yang paling berperan dalam pengelolaan tersebut? Ternyata sesuai dengan dugaan saya dan mungkin teman-teman yang baca, pihak corporate memiliki kapasitas paling besar dalam pengelolaan tambang meskipun pemerintah secara konsitusi berada dalam kewenagan tertinggi.

Dalam catatan penilitian saya, pihak yang paling susah diminta data adalah pemerintah daerah. Tak bermaksud untuk cepat-cepat menyimpulkan tapi setiap kali diminta data dari beberapa SKPD terkait (karena memang belum ada SKPD khusus di bidang pertambangan) selalu saja bilang bahwa data yang anda butuhkan adalah data rahasia dek, jadi tidak bisa dipublish. Lah tentu kita sebagai peniliti semakin bertanya-tanya ada apa di balik semua ini,hhe. Benarkah ada permainan di balik data-data rahasia tersebut? Itu pertanyaan saya yang pertama. Padahal saya sudah jelaskan dengan segala kemampuan berkomunkasi saya data tersebut hanya untuk kepentingan pendidikan tapi tetap saja tidak boleh. Mungkin beda halnya jika yang ngelobi master lobi di kelas kita, yaitu mas rhiza pasti lancar jaya tu komunkasi dengan responden,hhe.(bercanda mas). Tapi alhmdulillah akhirnya beberapa dokumen bisa saya dapatkan meski dokumen-dokumen seperti keterlibatan pihak asing dalam investasi termasuk sharing profit dan lain sebagainya tidak bisa saya dapatkan.

Kedua, bayangan dalam pikiran saya waktu saya mau mengadakan penelitian di lokasi penambagan, saya akan dihadang oleh security yang seram dan berbelit-belit birokrasinya. Tapi kenyataan itu terbantahkan. Justru sebaliknya pihak perusahaan sangat welcome dengan niatan saya. Malah saya disuruh makan, dikasih hidangan jamuan, pokoknya kebalikan dari pihak pemerintah. Alhasil dari wawancara dan kunjungan ke lokasi eksplorasi tambang emas, saya mendapatkan kesimpulan awal bahwa PT. Indo Multi Niaga selaku pemegang izin usaha pertambangan ingin membuktikan bahwa paradigma yang berkembang selama ini tentang dunia pertambangan yang merugikan negara, merusak lingkungan, dan kesan-kesan negatif lainnya itu salah. Secara umum sih mirip-mirip ama konsep good corporate.

Pertanyaan saya muncul setelah saya menanyakan masalah investor. Perlu diketahui bahwa eksplorasi itu belum menghasilkan profit sama sekali dan murni hanya untuk mengetahui potensi kandungan emas yang ada. Saya mencoba menanyakan berapa jumlah investasi perusahaan tersebut, nominalnya lumayan besar bagi saya, yaitu : lebih dari seratus miliar, informan yang juga senior project manager alumni newmont dan tinggal di australia itu hanya menjawab lebih dari 10 juta us dollar. Beliau orang kudus tapi tinggal di australia. Tentu nominal itu sangat besar jika melihat kemungkinannya masih 50:50 untuk selanjutnya ditambang. Potensi emas yang adai di situ sekitar 1,5 ton per tahun dan kemungkinan bertahan selama 14 tahun. Memang masih sangat jauh jika dibandingkan freeport atau newmont. Tapi pertanyaan besar saya sekaya apakah investor di balik PT. IMN tersebut? Sampai pada akhirnya saya menemukan jawaban bahwa korporasi di balik perusahaan lokal ini adalah intrepidemines punyanya Australia. Saya mencoba klarifikasi tentang jumlah modal dan sharing profit ke depannya, tapi sayang saya tidak menemukan jawaban. Baik perusahaan maupun pemerintah daerah cenderung normatif menjawab pertanyaan ini. Kemudian muncul pertanyaan kira-kira sejauh mana kepentingan para aktor di belakang perushaan ini? Apalagi dari hasil searching saya di internet 80% project di tambang emas ini dimiliki oleh Singapura. Makin bingung aja saya. Saya mencoba membuang jauh-jauh pikiran konspirasi internasional terkait ma negara-negara dunia maju dengan negara-negara dunia ketiga, tapi dari hasil pengamatan saya semakin mendekatkan saya akan jawaban itu.

Ketiga, masyarakat terpecah ada yang mendukung dan ada yang menolak. Yang mendukung orientasinya mereka merasakan manfaat dari kehadiran perusahaan tersebut. Dan memang itu sangat terlihat perbedaan after and before adanya tambang emas di situ. Komitmen rekruitmennya juga sangat menarik, ring 1 Kecamatan Pesanggaran, ring 2 Kabupaten Banyuwangi, ring 3 Jawa Timur, ring 4 Nasional, dan bila tidak ada tenaga ahli yang gak bisa baru mengambil dari luar negeri. Bayangkan saja rata-rata kulinya jika ditotal berpenghasilan 1-1,5 jt per bulan. Dan karyawan bergaji rata-rata di atas 2 jta dengan jumlah total pekerja 421 orang.

Yang menarik adalah masyarakat yang menambang secara liar. Asumsi saya masyarakat ini adalah pihak yang cenderung menolak adanya perusahaan yang menambang di wilayahnya. Meskipun penambang liar tidak hanya warga setempat, masyarakat dari luar daerah juga banyak yang berdatangan. Dari hasil pengamatan peniliti justru malah penambang ini yang merusak lingkungan karena untuk memisahkan urat-urat emas dengan tanah mereka menggunakan air raksa. Dan perputaran uangnya dari hasil pengamatan peniliti puluhan sampai ratusan juta rupiah per hari. Sayangnya pemerintah setengah hati menertibkan para penambang liar ini. Ada indikasi suap-menyuap dengan aparat dalam hal ini. Karena terlalu tinggi resiko yang harus saya hadapi jika saya ingin mendalami masalah ini termasuk nyawa, saya memutskan untuk tidak meneliti siapa orang di balik layar yang menjadi backup para penambang liar ini.

Saya yakin masalah-masalah seperti ini tidak hanya terjadi di Kabupaten Banyuwangi tapi juga di wilayah-wilayah lain. Terutama Kalimantan dan Papua yang jelas memiliki potensi jauh lebih besar. Saya jadi paham juga kenapa untuk sekedar mengurusi pajak saja, perusahaan-perusahaan tambang berani membayar gayus dengan jumlah yang sangat fantastis. Sebagai contoh hancurnya lapindo pun tidak seberapa berpengaruh dengan kekayaan bakrie malah beberpa saat yang lalu terlihat sangat politis bakrie menyumbangkan 25 hektar tanah di Jakarta untuk PSSI. Sejujurnya saya takut berpikir terlalu jauh, tapi melihat indikasi yang ada semakin menguatkan bahwa ada kemungkinan mafia-mafia kelas kakap dalam konspirasi yang melibatkan dunia pertambangan. Bukan hanya orang-orang asing yang berbahaya tapi juga orang pribumi yang rela menggadaikan negaranya untuk kepentingan sesaat. Mohon tanggapannya, sejujurnya ingin sekali mengetahui ada apa di balik semua yang saya temukan selama penelitian namun apa daya masih terlalu jauh untuk menyentuh Godfather di balik dunia pertambangn ini.

Nuhun sadayana,hhe. Terima kasih sudah menyempatkan membaca curahan hati seorang yang sedang mengerjakan skripsi ini J

Semoga kelak kita bisa menggapai mimpi-mimpi kita. Dan apapun mimpi itu semoga kita bisa bermanfaat bagi kamajuan umat J

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar dari “Ketidakbisingan” Yogyakarta

UN Berbasis Minat dan Bakat, Kenapa Tidak?

Imajinasi Percakapan Ayah dan Anak