Harun Masiku dan Ulang Tahun Istriku

Sebenarnya di hari lahir bunda ini, ayah ingin membelikan fasilitas pendukung agar channel “Menapak Jejak” bisa semakin lebih baik karyanya. Tapi berhubung ada satu dan lain hal yang membuat kita harus belajar lebih banyak tentang sabar dan ikhlas, berdialektika tentang kondisi bangsa ini bisa jadi alternatif pilihan yang menarik. Paling tidak mengajarkan anak-anak kita, betapa kedua orang tuanya sangat membenci koruptor sekaligus sangat mencintai Indonesia :D


Terdengar agak aneh ya? Masak ulang tahun bukannya diberi kalimat-kalimat romantis dengan kejutan hadiah malah diajak diskusi tentang kebobrokan para koruptor di negara ini. Ya semoga bunda berkenan menikmatinya.

Nda, masih ingat kan kasus yang menjerat salah satu komisioner KPU di negara ini? Yang kasusnya disinyalir erat kaitannya dengan partai penguasa di negara ini. Ayah tidak perlu menyebutkannya ya, biar ini menjadi rahasia aku, kamu, Ziya dan Sasa. Tentang kisah partai penguasa yang begitu susah “disentuh” dan cenderung arogan. Paling tidak begitu yang ditampakkan oleh oknum kader yang “dipasang” untuk menjadi juru bicara di acara televisi. 

Ayah kadang suka mikir sebagai orang awam, masak iya sebegitu sulitnya menangkap pelaku yang menurut informasi dipastikan berada di negara ini. Apakah aparat penegak hukum sebegitu bodohnya hingga kasus yang terkategorikan sebagai extra ordinary crime ini tak kunjung selesai. 

Kau masih ingat kan Nda dengan nama Harun Masiku yang beberapa bulan lalu cukup menghebohkan dunia pertevelisian di negara kita? Tentu berita tersebut, saat ini tak semenarik kasus virus corona, banjir, omnibus law atau meninggalnya sosok suami role model karena serangan jantung. Iya, saat ini tak menarik lagi. Terkadang media memang suka kayak gitu ya Nda, orang Jawa bilang “anget-anget telek pitek.” Tapi biarlah, kita nikmati saja berita yang muncul di televisi. Paling kalau sedang muak dengan topeng-topeng yang ditampilkan oleh mereka yang seringkali muncul di pemberitaan televisi, kita memilih untuk menikmati nikmatnya mie ayam dan bakso. 

Kau juga ingat nama Novel Baswedan kan Nda? Penyidik senior KPK yang katanya terjangkit aliran radikal, kategori “onta Arab” atau terafiliasi kelompok Taliban. Entahlah di mana nurani mereka yang menuduh sekeji itu. Padahal dia hanya anak bangsa yang ingin memberantas korupsi di negara yang kita cintai ini. Bahkan dia rela mengorbankan jiwa raganya. Mata sampai buta permanen masih dikira sandiwara. Sebuta dan senaif itukah mereka yang membencinya. Entahlah.

Nda, hari ini 28 Februari 2020 adalah hari lahirmu. Kau semakin dewasa menjadi seorang istri sekaligus ibu bagi buah hati kita. Kau juga tetap cantik dan imut seperti dulu, meski 2 putri cantik telah lahir dari rahimmu. Alhamdulillah. Semoga Bunda senantiasa istiqomah menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangan Allah, aamiin ya Rabb. 

Menjadi seperti apa keluarga kita di masa depan, sungguh benar-benar masih menjadi rahasia Allah. Tapi satu hal yang ayah akan selalu usahakan, ayah tidak akan menafkahi keluarga kita dari uang hasil korupsi. Itu janji ayah !

Ngomong-ngomong, semakin hari ayah semakin kasihan dengan Indonesia, Nda. Semua bilang cinta, bilang sayang, bilang jatuh hati dan kata-kata romantis sepadan lainnya. Tapi lihatlah apa yang mereka lakukan. Mencuri uang rakyat atas nama kesejahteraan, merusak lingkungan atas nama pembangunan, memperkosa alam atas nama lapangan pekerjaan. Ah sebegitu naif ternyata mereka yang mengaku cinta Indonesia. 

Masa depan pemberantasan korupsi di negara ini adalah tanda tanya besar dalam perjalanan bangsa ini. Semakin hari penegakan hukum semakin jelas gapnya. Jika hukum hanya berlaku untuk mereka yang tidak sependapat dengan penguasa, maka sudah bisa dipastikan kita akan lebih sering menyaksikan ketidakadilan dalam segala hal. 

Harun Masiku dan Nurhadi adalah dua nama yang sangat mungkin menyeret nama-nama besar yang sedang duduk di kursi kekuasaan. Membiarkan dua nama ini menjadi buronan selama berbulan-bulan menjadi tanda tanya besar bagi masyarakat awam seperti kita. Apa yang sebenarnya terjadi di negara ini? Apa benar KPK telah resmi mati?

Satu lagi Nda. Bunda juga masih ingat kan dengan tersangka penyiraman air keras ke muka Novel Baswedan? Seorang anggota brimob yang memiliki dendam kusumat sampai rela menciderai bahkan nyaris membunuh rekan sesama aparat penegak hukum di negara ini. Sampai ini kasusnya juga belum jelas bagaimana. 

Ah sudahlah Nda, di usiamu yang semakin dewasa semoga kita bisa memberikan yang terbaik untuk agama dan bangsa yang kita cintai ini. Tentu sebatas dan semampu kita sebagai seorang hamba Allah sekaligus warga negara Indonesia. Ayah masih bermimpi suatu saat bisa ikut berkontribusi aktif dalam pemberantasan korupsi di negara ini. Semoga…  


Ayah sayang Bunda, 
Bulurejo, 28 Februari 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar dari “Ketidakbisingan” Yogyakarta

UN Berbasis Minat dan Bakat, Kenapa Tidak?

Imajinasi Percakapan Ayah dan Anak