6 Tahun


"Yah, kalau dapat kontrak lagi, kita fokus nabung untuk daftar haji ya," tetiba kamu bilang ke aku. Tanpa berpikir panjang aku langsung menjawab, "tapi kita kan belum punya rumah Nda, belum menetap. Ayah pengen prioritasin tempat tinggal dulu," responku saat itu. Dan kamu pun menimpali dengan tanpa beban, "Yah kewajibanmu sebagai suami itu menyediakan tempat tinggal. Dan aku alhamdulillah bersyukur dengan tempat tinggal yang sudah Ayah sediakan. Tempat tinggal kan tidak harus membeli, bisa kost, bisa kontrak. Toh aku masih menikmati kerjaan Ayah yang pindah-pindah, bisa merasakan tinggal di beberapa kota di Indonesia, hhee" sambil tersenyum kau menutup pembicaraan saat itu. Dalam hati, betapa beruntungnya aku memilikimu ๐Ÿ˜ฃ

6 tahun sudah perjalanan pernikahan kita. Sepertinya kita sudah mulai dewasa menjadi pasangan suami-istri sekaligus orang tua dari kedua buah hati kita. Tak ada lagi pertengkaran yang meledak-ledak, ambisi yang terlalu menggebu dan terpenting Allah memudahkan serta memampukan kita untuk selalu bersama, alhamdulillah.

Percakapan kita tentang keinginan Bunda untuk segera mendaftar haji masih terngiang dalam ingatan ini. Seringkali aku masih terpikir untuk bisa segera menetap, memiliki tempat tinggal, dan yang tak kalah penting ingin segera mencalonkan diri menjadi pengurus masjid di mana kita tinggal suatu saat nanti. Belum terpikir secara serius untuk memprioritaskan memenuhi panggilan Allah, alias mendaftar haji. Tapi percakapan tempo itu, menyadarkanku, iya aku belum serius dan sungguh-sungguh berikhtiar mencapai mimpi itu. Nominal setoran tabungan haji masih terkalahkan oleh setoran tabungan untuk kebutuhan dunia yang terkadang tidak ada habisnya. Belum lagi variabel rentang tahun yang begitu lama, kalau tidak benar-benar serius mendaftar, bisa jadi usia seseorang tak selama daftar tunggu haji saat ini. Maut setiap saat siap menjemput.

Alhamdulillah, aku merasa menjadi lelaki paling beruntung karena mendapatkan istri yang hampir tak pernah meminta sesuatu yang berlebihan. Tak perlulah aku menjelaskan detail betapa beruntungnya aku memilikimu, karena bisa jadi saat kita merasa menjadi manusia yang baik kemudian muncul keangkuhan dalam kebaikan yang ada pada diri kita, Allah dengan mudah membakar semua amal ibadah kita. Naudzubillah. Semoga Allah mengaruniakan keistiqomahan kepada Bunda untuk terus menjadi istri yang baik bagi Ayah dan juga Ibu yang baik untuk kedua anak kita, baik menurut pandangan Allah tentunya. ๐Ÿค—

Jalan kita tentu masih sangat panjang, kita tidak pernah tahu akan berhenti pada etape ke berapa. Jika Pak Jokowi memprioritaskan pada upaya perbaikan di sektor SDM pada periode ke 2, Ayah akan memprioritaskan dan bertekad target kita adalah mendaftar haji di usia pernikahan ke 6 ini. Sesuai dengan permintaanmu, berangkat haji bersama denganmu istriku, Rani Yuanita. Aamiin. ๐Ÿ˜Ž

Doakan suamimu ini agar senantiasa dimudahkan dan diridhoi di setiap usaha menjadi kepala keluarga kecil kita, dalam keadaan apapun.

Ayah tresno marang Bunda, amargi Allah ❤❤❤

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar dari “Ketidakbisingan” Yogyakarta

UN Berbasis Minat dan Bakat, Kenapa Tidak?

Imajinasi Percakapan Ayah dan Anak