Surat Cinta yang Tidak Romantis

"Yah, bacaan surat Al Fatihahmu banyak yang keliru," sambil tersenyum kamu bilang ke aku saat itu. Ada dentuman yang super duper "mangkel" sebenarnya, bagaimana tidak, sesuatu yang sudah aku hafal dari semenjak kecil disalahkan oleh istriku sendiri. "Sebegitu bodohkah aku saat belajar mengaji waktu kecil dulu?" gumamku dalam hati saat itu.
Hhmmm.. Tapi sejenak aku tersadar, aku tidak salah pilih istri. Hati kecilku sebenarnya merasakan kebahagiaan yang susah untuk diungkapkan, hanya saja kesombongan dan keegoisanku masih dominan mengendalikan diriku. Dan saat itulah diskusi dimulai, diskusi yang diselingi dengan sedikit kearifan dan lebih banyak didominasi oleh perasaan sayang yang tertutupi kesombongan.
Peristiwa itu akan selalu aku ingat sebagai titik balik betapa bersyukurnya aku memilikimu. Memiliki partner diskusi sekaligus penentram hati, memiliki kekasih sekaligus penasihat terulung, memiliki pendamping sekaligus manajer keuangan terbaik. Ah betapa Allah begitu baik menjadikanmu pasangan hidupku.
Usia seseorang tak akan pernah ada yang tahu, mungkin nanti malam, besok, minggu depan, 50 tahun ke depan, bahkan seratus tahun lagi, atau kapan pun Allah akan mengakhiri episode hidup kita di dunia. Tugas kita hanya mempersiapkan bekal terbaik untuk menghadapi kehidupan yang kekal. Kehidupan yang aku berharap tetap melewatinya bersamamu, kelak di surga. Semoga kita termasuk hamba Allah yang meneladani sabda Rosullullah SAW, bahwa manusia yang paling cerdas itu ialah mereka yang senantiasa memikirkan dan mempersiapkan diri sebaik mungkin menghadapi kematian.
Pertambahan usia hanya persoalan angka, beberapa saat yang lalu, angka 2 masih dominan menemani hari-hari kita. Tak terasa mulai saat ini, angka tersebut telah berubah menjadi 3. Alhamdulillah, yang terpenting kita harus semakin bijak dan dewasa memaknainya. Aku berharap kau bisa terus menjadi istri yang sholihah, istri yang ahli ibadah, istri yang pandai membahagiakan suami dan Ibu yang sholihah untuk kedua buah hati kita, dan mungkin akan menjadi buah hati kita yang ketiga, keempat dan seterusnya, hhee.
Aku sengaja menulis ini agar menjadi pengingat kita, betapa baiknya Allah memberikan kenikmatan yang sungguh tidak bisa diukur oleh apapun. Doakan suamimu ini agar mampu menjagamu dan anak-anak kita dari siksaan api neraka.
Dari suamimu,
Aku tresno marang sliramu.
28 Februari 2019
Masjid Darussalam Sumenep

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar dari “Ketidakbisingan” Yogyakarta

UN Berbasis Minat dan Bakat, Kenapa Tidak?

Imajinasi Percakapan Ayah dan Anak