Tolong "Telanjangi" Korupsi di Dunia Pendidikan

Adakah di antara kita yang pernah melihat praktik korupsi di dunia pendidikan? 5,4,3,2,1 tetttt... 

Okey sepertinya pertanyaannya terlalu luas. Mari kita lebih spesifikkan pertanyaannya. Adakah di antara kita yang pernah melihat laporan fiktif alias manipulasi laporan keuangan Bantuan Operasional Sekolah (BOS)? Kalau mau jujur, pasti akan banyak yang menjawab SAYA.

Kemudian jika ada pertanyaan turunan, kenapa sekolah sampai harus membuat laporan fiktif tentang penggunaan dana BOS tersebut? Jawabannya pasti beragam, dan saya yakin akan jadi ratusan tema menarik kalau mau dibuat skripsi atau tesis, percayalah. 

Dua kasus tadi hanya contoh praktik kecil bagaimana oknum pejabat dan sekolah melacurkan "pendidikan" untuk syahwat materi mereka. Sekali lagi ini hanya sebagian kecil. 20% amanah konstitusi telah mewajibkan APBN dan APBD dialokasikan untuk dunia pendidikan. Celakanya, uang rakyat sebesar itu seringkali (kalau tidak mau dikatakan mayoritas) digunakan oleh oknum pejabat untuk mempertahankan kekuasaannya. Contoh Bupati Cianjur yang konon katanya senior saya di kampus, adalah salah satunya. Maaf tanpa mengurangi rasa hormat dari junior. 

Tapi ini nyata boy, pendidikan itu adalah sektor yang super duper seksi untuk dimanfaatkan. Penguasa yang jahat akan sangat mudah menekan pihak sekolah dengan segala dalih. Kalau sudah seperti ini, bagaimana nasib pendidikan di negara ini? 

Dan kita masih memperdebatkan cebong dan kampret. Diskusi yang tidak akan pernah benar-benar menyentuh persoalan mendasar di negara ini. Bukankah Korps Guru adalah independen dan tidak ada hubungan sama sekali dengan penguasa? Ada sih yang benar-benar demikian, tapi sepertinya hal itu hanya formalitas saja, kenyatanyaannya, maaf, kita bisa dengan mudah menemukan fakta bahwa beliau-beliau tersebut dipaksa oleh oknum penguasa untuk mempertahankan kekuasaannya. Tentu dengan segala dalih dan modus lainnya. 

Lantas kenapa mayoritas kita diam, lebih tepatnya memilih menutup mata dan telinga? Jawabannya sederhana, ASN dari awal proses rekrutmennya emang tidak direkrut untuk "melawan" penguasa. Pun saat melihat praktik pencurian di depan matanya. Ironis, sungguh ironis. 

Ancamannya selalu tidak jauh dari "dilempar" ke sekolah yang jauh dari pusat peradaban, atau dimatikan kariernya. Modus klasik, tapi masih sangat efektif untuk membuat beliau-beliau yang ingin teriak untuk diam. 

Ayolah boy, apa jadinya jika pendidikan terus dikontaminasi dengan racun korupsi yang jelas-jelas membekas hingga anak cucu kita nanti. Ada harapan besar saat KPK mulai membongkar praktik ini, tentu tidak akan serta-merta merubah keadaan. Tapi sinyal positif sudah mulai ditunjukkan. Paling tidak, harapan itu masih ada. 

Dengan segala hormat, Pak Jokowi dan Pak Prabowo, siapapun di antara panjenengan yang terpilih nanti, saya mohon jenengan benar-benar serius "menelanjangi" kasus korupsi pada dunia pendidikan di negara ini. Biarkan para guru, kepala sekolah dan pengawas benar-benar fokus mencerdaskan kehidupan bangsa. Kasihan jika pendidikan dijadikan alat "pelacuran" untuk mempertahankan kekuasaan. 

Ket.
Kasus di atas belum termasuk modus a.n Pendidikan lainnya, di antaranya :
1. Suap untuk setiap promosi dan mutasi. Ex : Kepala Sekolah, Pengawas, mutasi wilayah mengajar dsb. 
2. Pengadaan alat peraga yang tidak sesuai kebutuhan sekolah.
3. Pembangunan gedung yang sengaja diturunkan kualitasnya karena pemotongan sana-sini.
4. Iuran sekolah untuk "kebutuhan" kampanye.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar dari “Ketidakbisingan” Yogyakarta

UN Berbasis Minat dan Bakat, Kenapa Tidak?

Imajinasi Percakapan Ayah dan Anak