Masa depan Kabupaten Banyuwangi (Kabupaten Pariwisata, Pertanian, Maritim atau Pertambangan?)

Patung Gandrung di Pantai Watu Dodol
Identitas Kabupaten Banyuwangi menjadi sesuatu yang menarik untuk dicermati. Penting untuk dipahami karena dengan identitas ini, Kabupaten Banyuwangi akan dikenal di level lokal maupun internasional. Dengan potensi alam yang sangat luar biasa, alhamdulillah, Kabupaten Banyuwangi memiliki banyak potensi yang bisa menjadi identitas melekat Kabupaten yang diapit Gunung Ijen dan Gunung Raung serta Selat Bali ini. Dari pengamatan awam saya sebagai seseorang yang terlahir dan besar di kabupaten ini, setidaknya ada 4 potensi besar yang dimiliki kabupaten ini.

1. Potensi Pariwisata.

Gunung Ijen
Tidak usah diragukan lagi potensi alam yang ada di Kabupaten Banyuwangi. Perpaduan keindahan alam sektor laut dan pegunungan menjadi potensi yang sangat luar biasa untuk menarik minat para penggila wisata baik level domestik maupun internasional. Akhir-akhir ini pariwasata di Banyuwangi mengalami perkembangan yang sangat signifikan dibanding beberapa tahun sebelumnya. Taman Nasional Baluran, Taman Nasional Alas Purwo, Gunung Ijen, Watu Dodol, Teluk Ijo, Pulau Merah, Penangkaran Penyu Hijau di Sukamade dan masih banyak tempat-tempat wisata di Kabupaten Banyuwangi dalam beberapa bulan terakhir seringkali muncul di media cetak maupun elektronik. Efek kepimpinan kah penyebabnya? Bisa jadi. Meskipun saya lebih menyebutnya sebagai perpaduan kepemimpinan dan majunya era digital. Karena sebelum Bupati Anas, Bupati Samsul Hadi juga salah satu penggagas pariwisata di Banyuwangi. Jadi saya pikir Bupati Samsul Hadi dan Bupati Anas sangat layak untuk kita apresiasi atas jasanya memajukan potensi ini.

2. Potensi Pertanian

Buah Naga 
Analisis seorang awam seperti saya, secara geografis Kabupaten Banyuwangi diapit oleh Gunung Ijen dan Gunung Raung yang masih aktif plus deretan lautan sehingga menghasilkan tanah yang sangat subur. Jika bertanya alasan yang lebih ilmiahnya, sepertinya bukan kapasitas saya untuk menjawabnya,hhe. Salah seorang sahabat saya yang menjadi aktivis dan pengusaha di bidang pertanian, sebut saja namanya Roxa, dia bilang jika salah satu beras terenak di Indonesia itu dihasilkan oleh beras yang ditanam di sekitaran Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi. Dalam sejarahnya juga, Kabupaten Banyuwangi menjadi penghasil padi terbesar di Jawa Timur, meski reputasi itu terus menurun. Dan jika berbicara kebutuhan pangan di Bali, salah satu penyokong terbesarnya adalah Kabupaten Banyuwangi. Namun sampai saat ini, brand Kabupaten Banyuwangi sebagai Kabupaten Pertanian belum muncul di level nasional. Tren para petani yang beralih ke sektor buah-buahan juga merupakan tantangan tersendiri dalam rangka revitalisasi pertanian di Kabupaten Banyuwangi. Siapapun nanti yang akan melanjutkan kepemimpinan di Kabupaten Banyuwangi, sepertinya harus benar-benar memerhatikan sektor ini.

3. Potensi Maritim

Ikan Pindang
Dulu sewaktu saya masih SD, saya ingat salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah sebutkan Kabupaten penghasil ikan terbesar di Indonesia. Jawaban yang saya ingat sampai sekarang nomor satu Bagansiapi-api dan dan kedua Muncar. Muncar adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Banyuwangi. Karunia Allah berupa potensi ikan laut di Kabupaten Banyuwangi memang tidak bisa dilihat sebelah mata. Perputaran ekonomi di Kecamatan Muncar menjadi salah satu penyokong perputaran ekonomi terbesar di Kabupaten Banyuwangi. Hampir setiap kemasan sarden plus ikannya yang beredar di Indonesia, diproduksi dan dihasilkan di Kecamatan Muncar. Namun memang sayangnya potensi maritim ini cenderung jalan di tempat. Branding Kecamatan Muncar sebagai penghasil ikan terbesar kedua di Indonesia seringkali luput di mata nasional. Palingan muncul di kemasan sarden bahwa sarden tersebut diproduksi oleh perusahaan yang beralamat di Kecamatan Muncar, dan itupun dengan font yang sangat kecil,hhe. Sehingga bisa dimaklumi jika eksistensi Kecamatan Muncar di level nasional tidak begitu terdengar. 

4. Pertamabangan

Gunung Tumpang Pitu
Potensi ini yang paling berdampak besar baik dari sisi positif maupun negatif. Positifnya karena jika terkelola dengan baik pembangunan di Kabupaten Banyuwangi akan jauh lebih pesat karena kontribusi loyalti dari sektor pertambangan diprediksi akan sangat besar. Negatifnya berkaitan dengan kerusakan alam yang tentu akan berimplikasi negatif pada eksistensi ketiga potensi sebelumnya, yaitu pariwisata, pertanian dan maritim. Potensi pertambangan berupa emas dan mineral pengikut di Kabupaten Banyuwangi memang tergolong besar. Saya mengutip salah satu peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara dalam prosidium kolokium pertambangan tahun 2009 :

“Cebakan emas di daerah Pesanggaran ditemukan berdasarkan pada pemboran eksplorasi sebanyak 14 lubang bor dengan kedalaman total 4.100 meter pada kuasa pertambangan eksplorasi PT. IMN seluas 11.621, 45 ha atau 116,21 km2. Cebakan emas ditemukan dalam bentuk urat – urat kuarsa pada batuan vulkanik yang diterobos oleh batuan intrusif berupa diorite, andesit, granodiorit, dan fasit. Fenomena ini sangat umum ditemukan di Pulau Jawa, seperti Cikotok, Pongkor, Banyumas, Wonogiri, Pacitan, Malang, Lumajang. Berdasarkan studi kelayakan PT. IMN, cadang bijih emas yang diekplorasi mencapai 9.600.000 ton; kadar emas rata – rata 2,3gram/ton; cadang emas 320,8 ton. Biasanya emas ditemukan bersama logam lainnya seperti perak, tembaga.”

Lebih lanjut potensi emas yang ada di Gunung Tumpang Pitu dijelaskan oleh Ir. Fauzi Djafar Amri dalam tulisannya yang berjudul “Jangan Korbankan Rakyat di Penambangan Emas Tumpang Pitu” :

“Dengan memiliki luas wilayah eksplorasi seluas 11.621,45 Ha, Gunung Tumpang Pitu memiliki cadangan biji emas ( ore ) dengan perkiraan ± 9,6 juta ton. Dimana dengan rata-rata kandungan emas dalam satu ton tanah mencapai sekitar 2,3 gr emas, maka ketika dihitung secara sistematis, Gunung Tumpang Pitu akan diperkirakan menghasilkan emas murni sebanyak 22.080 ton emas. Dengan produksi biji rata-rata 700.000 ton atau sekitar 1,577 ton emas murni pertahun, tambang diperkirakan eksis selama14 tahun.”

Saya sedikit mengerti lebih banyak tentang potensi pertambangan ini karena memang dulu tugas skripsi saya membahas tentang hal ini. Saya bersyukur sampai dengan hari ini, Kabupaten Banyuwangi belum mendeklarasikan dirinya sebagai Kabupaten Penghasil Emas di Indonesia. Karena memang potensi kerusakan alam dan konflik horizontal sebagai dampak pengelolaan tambang sangat besar. Sehingga saya sendiri sebagai orang yang lahir dan besar di Kabupaten Banyuwangi kurang setuju jika orientasi pengembangan dan identitas Kabupaten Banyuwangi diarahkan sebagai Kabupaten Penghasil Emas di Indonesia. Jangan sampai keinginan untuk membangun Kabupaten Banyuwangi mengorbankan investasi alam jangka panjang untuk anak dan cucu kita kelak. aamiin.

Gambaran empat potensi besar di atas merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh para calon dalam visi dan misinya. Tentu masih banyak potensi lain yang bisa dioptimalkan oleh Pemimpin Banyuwangi kelak. Masing-masing potensi memiliki kelebihan dan kekurangan. Mengoptimalkan keempatnya dalam waktu 5 tahun ke depan menurut pendapat saya memang relatif sulit tapi bukan berarti tidak mungkin. Hanya saja sektor pertambangan memang harus benar-benar diperhatikan dampak yang akan terjadi saat tambang emas tersebut sudah mulai dieksploitasi. Paling aman memang mengoptimalkan ketiga potensi lainnya. Selain minim resiko juga sangat dekat dengan kehidupan masyarakat. 

Program-program lain berkaitan dengan semangat reformasi birokrasi juga penting menjadi perhatian kita sebagai warga Banyuwangi. Karena bagaimanapun roda penggerak pemerintahan adalah para Aparatur Sipil Negara. Sehingga penting juga kita memerhatikan program berkaitan dengan upaya para calon dalam mereformasi birokrasi, pencegahan KKN, pengadaan barang/jasa yang bersih dan profesional, dan aspek-aspek penting lainnya. Saya belum begitu paham track record dari masing-masing kandidat, tapi tidak ada salahnya jika kita lebih detail dan kritis dalam melihat program dari masing-masing calon. Alasannya kalau bagi saya sederhana, karena saya cinta Banyuwangi jadi jangan sampai Banyuwangi dipimpin oleh orang yang tidak paham Banyuwangi. 

  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar dari “Ketidakbisingan” Yogyakarta

UN Berbasis Minat dan Bakat, Kenapa Tidak?

Imajinasi Percakapan Ayah dan Anak