Great Teacher Rani Yuanita


"Kesan saya saat bersama Kak Rani, Kak Rani itu orangnya murah senyum, cara mengajarnya asyik, saya mudah mengerti. Rasanya saya tidak ingin berpisah dengan Kak Rani. Terima kasih Kak Rani jasa-jasanya telah membimbing saya. Semoga Allah membalasnya." Begitulah satu dari sekian banyak kalimat yang dituliskan anak-anak didiknya di Pesantren Hidayatullah Kendari.


Harus saya akui, saya iri dengan perempuan bernama lengkap Rani Yuanita ini. Bagaimana tidak, hanya dalam waktu kurang dari 8 bulan, anak didik dimana dia mengabdikan diri begitu kehilangan saat dia harus mengucapkan kata perpisahan.

Hampir semua kesan dan pesan yang dituliskan murid-muridnya tidak ingin berpisah dengannya. Tentu sangat berbeda dengan apa yang saya dapatkan sampai detik ini.hhee. Belum pernah mendapatkan kesan yang begitu dalam dari tempat saya mengabdi sampai dengan saat ini :D.


Ketulusan. Kata ini yang mungkin belum sepenuhnya saya kuasai dalam penerepannya. Seringkali saya masih berharap bahwa balasan dari kerja keras kita itu berupa materi. Tapi tidak untuk Rani Yuanita. Di luar pertimbangan agama, dia tidak terlalu memikirkan apa yang akan dia dapatkan. Mungkin terlihat naif, tapi harus saya akui begitulah dia menjalani profesinya.

Tak pernah memprediksi sebelumnya, skenario Allah menakdirkan kami bisa menjalani hidup bersama dalam ikatan yang insya Allah diridhoiNya. Alhamdulillah. Dan karena itu, saya memahami betul siapa perempuan bernama Rani Yuanita ini. Tentu masih banyak perempuan-perempuan hebat di negara ini. Yang dengan ketulusannya mengabdikan diri untuk sekedar berbagi. Dan saya sangat bersyukur bisa menjalani hidup bersama dengan salah satu perempuan hebat itu :D.

Makan sepiring berdua dan  ikut rapat biar dapat makanan istimewa adalah dua hal yang biasa kami lakukan. Bukan karena tak mampu membeli dua porsi, tapi karena memang kami ingin meningkatkan keromantisan dengan cara yang sederhana (heleh alasan :p,hhe). Atau selalu saya ajak rapat tiap kali ada kemungkinan makan enak supaya tidak mubazir (hhee,, alasan juga ini :D). Hal-hal sederhana ini menjadi rutinitas kami saat saya ditugaskan di lapangan.  

Bagi saya, istri saya adalah pendidik sejati. Meski kami akui kehidupan kami masih banyak kekurangan, istri saya tidak pernah mempedulikan apa yang akan dia dapatkan dari aktivitas mendidiknya. Berangkat dengan senyuman pulangpun datang dengan senyuman. Meski kadang kecapean dan lupa bikinin makan suaminya,hhe :D. Yupp, jika Jepang punya Great Teacher Onizuka, saya punya Great Teacher Rani Yuanita. Istri yang bukan hanya dicintai oleh suaminya tapi juga oleh anak-anak didiknya.

Tetaplah bermanfaat sayang. Ayah boleh kamu duakan asalkan untuk kepentingan umat :). Tetaplah menyayangi ayah karena Allah, tetaplah mengingatkan ayah karena Allah, dan tetaplah cantik karena Allah. Jadi bunda yang sholih untuk anak kandung dan anak angkat kita kelak ya sayang. Aamiin.  Ayah sayang bunda karena Allah :)


Komentar

  1. Salut untuk Kak TC dan mbk Rani nya... semoga Allah senantiasa mnyertai langkah kalian di dunia maupun akhirat, Amiinn Ya Rabbal Alaminn

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar dari “Ketidakbisingan” Yogyakarta

UN Berbasis Minat dan Bakat, Kenapa Tidak?

Imajinasi Percakapan Ayah dan Anak