Sekedar Nulis, Semoga Bermanfaat

Beberapa bulan ke depan daerah atau tempat tinggal kita pasti akan banyak kunjungan atau setidaknya gambar-gambar orang yang katanya calon wakil rakyat. Memang tidak harus menunggu beberapa bulan ke depan, karena dari beberapa bulan terakhir gambar-gambar itu telah banyak bermunculan.hhe.

Pemilu, pesta demokrasi katanya. Pesta yang terdiri dari pemilihan legislatif dan pemilihan presiden. Dari awal pengistilahan "pesta demokrasi" memang sudah mengindikasikan bahwa kegiatan ini tak lebih dari sekedar perayaan/hura-hura yang identik dengan menghambur-hamburkan uang. Ahh, masa bodoh dengan istilah itu :D. Bukan bermaksud sok tahu hanya ingin berbagi pengetahuan jika ada orang yang mengatasnamakan wakil rakyat apa yang harus kita lakukan:

      1.      Pemilihan Legislatif

a.    Jika si calon ngomong panjang lebar tentang kepentingan rakyat yang terdengar luar biasa menakjubkan tapi terasa diawang-awang, sebaiknya tanyakan kepada dia apa tugas wakil rakyat secara konstitusi. INGAT! Wakil rakyat tu tidak pernah bisa berbuat banyak pada kenyataannya, karena selain terikat oleh fraksi yang notabenenya kepentingan partai, mereka juga hanya bertugas masalah pengawasan, anggaran dan bikin undang-undang. Jadi jangan heran kalau para wakil rakyat itu kecenderungannya hanya bisa ngomong dan relatif sedikit aksi nyata yang bisa benar-benar dirasakan rakyat.
b.       Kalau ada orang yang kita tahu masa kecil atau teman sekolah kita, atau artis yang kita ngikutin eksistensinya tiba-tiba pasang poster bikin tagline wakil rakyat atau apalah itu, cukup ingat track record apa yang pernah dia lakukan selama kita kenal atau kita tahu. INGAT, karakter itu tidak begitu saja bisa berubah, karena karakter dasar akan tetap ada pada diri seseorang. Jika kita punya teman sejak kecil tidak ada kecenderungan punya kepekaan sosial dan tiba-tiba muncul poster mengatasnamakan rakyat, sebaiknya tidak kita pertimbangkan lagi orang-orang seperti itu. Rekrutmen partai di negara ini seringkali bukan berdasarkan prestasi tapi lebih pada uang, kedekatan emosional atau hubungan traksaksional.

       2.       Pemilihan Presiden

a.   Jika ada calon yang sering banget nongol di tipi yang notabenenya punya sendiri, ngomong panjang lebar tentang rakyat tapi kenyataan selama ini nyakitin rakyat, sebaiknya jangan pernah pilih orang seperti ini. Sekalipun dia ngasih uang ke kita !
b.    Jika ada calon ngomong panjang lebar masalah kesejahteraan rakyat, rakyat kecil, kaum miskin, atau istilah-istilah sepadan lainnya, tapi dalam sejarah hidupnya tidak pernah ke sawah atau merasakan bagaimana hidup prihatin, sebaiknya pikir ulang memilih orang-orang seperti ini.

Saya tidak akan membuat kriteria pemimpin idaman karena menurut agama yang kita yakini pasti kriteria kepemimpinan itu sudah disebutkan dengan jelas. Dalam agama saya pun juga sudah jelas, apa yang ada dalam Rosul Muhammad SAW adalah kriteria pemimpin yang sempurna. Jika tidak ada semuanya, setidaknya jika ada calon pemimpin yang memiliki ciri-ciri kepemimpinan Rosulullah di atas 50% maka saya akan memilihnya. Dan jika tidak ada sama sekali masih ada hal lain yang bisa kita lakukan.

Lantas apa yang harus kita lakukan saat kita tidak menemukan kriteria calon pemimpin ideal menurut versi kita? Ada dua hal yang bisa kita lakukan menurut pendapat saya. PERTAMA jika kita merasa mampu dan memiliki ketahanan yang mantap untuk bertahan pada lingkungan yang busuk, saya sarankan masuklah partai mulai dari sekarang. Berprestasilah agar petinggi partai segera melirik kita. Warnai partai dengan nilai-nilai kebaikan yang selama ini kita yakini. Jangan pernah lelah untuk berikhtiar memberikan tauladan. Partai apapun di negara ini secara konsepsi sangat sempurna, hanya seringkali pelaku-pelaku di dalamnya busuk dalam menerjemahkan nilai-nilai luhur dalam partai. Jadi silahkan masuk partai yang anda yakini ideologinya sesuai dengan hati nurani.

KEDUA, jadilah pemerintah di bidang kita masing-masing. Menjalankan peran pemerintah sebagai pelayan masyarakat tidak harus menjadi pejabat atau petinggi negara. Ingat konsepsi pemimpin itu adalah pelayan masyarakat. Jadi kalau memang berniat untuk melayani masyarakat dalam arti luas, memberdayakan masyarakat, membantu masyarakat, mendidik masyarakat dan fungsi-fungsi pemerintah lainnya kita tidak harus menjadi wakil rakyat atau presiden yang dipilih melaui pileg atau pilpres. Cukup menjalankan fungsi pemerintah di bidang kita masing-masing tanpa harus secara institusi menjadi bagian mereka. Jadi masih banyak hal yang bisa kita lakukan untuk negeri ini :D


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar dari “Ketidakbisingan” Yogyakarta

UN Berbasis Minat dan Bakat, Kenapa Tidak?

Imajinasi Percakapan Ayah dan Anak