Karena hanya Allah yang Pantas Dicintai dengan Sepenuh Hati

Cinta itu hutan
meneduhkan, cantik tapi kadang kita tersesat di dalamnya
Cinta itu matahari
panas membakar tapi ia berguna
Cinta itu hujan
selalu kita berlari agar tak terguyur tapi selalu kita kenang saat kemarau menyerang
cinta itu awan
kadang berarak beriringan kadang hilang tak tahu kemana
cinta itu udara bertiup sepoi
Menyejukkan dan membawa rasa,
[Muhtar Fathony]

14 : 12

2 Juli 2011

Rasa-rasanya gak ada hal yang lebih bijak di dunia ini selain mengambil hikmah dari setiap kesalahan yang pernah kita lakukan. Lebih tepatnya setiap peristiwa yang seringkali membuat kita lupa bahwa ada kekuatan besar di balik segala keterbatasan yang manusia miliki. Tak mudah memang mendapatkannya tapi dijamin siapapun itu saat dia telah mendapatkan hikmah dari segala peristiwa yang dilewatinya saya yakin dia akan menjadi pribadi yang lebih bijak, lebih dewasa, dan insya Allah lebih dkat pada Sang Maha Pencipta.

Adanya kebenaran bisa jadi karena ada kesalahan. Dua hal yang selalu mewarnai episode kehidupan manusia. Pun dengan yang sya alami. Kesalahan demi kesalahan baik yang sengaja ataupun tidak disengaja selalu ada di tiap episode kehidupan yang saya lewati. Merasa jatuh, tidak berguna, atau bahkan memprotes keadaan adalah bentuk respon diri yang seringkali berada di bawah alam sadar. Jadi sangat dimaklumi seseorang bisa menjadi sangat bijak saat dia berada dalam kondisi yang baik tapi saat ujian itu menghampirinya dia, bisa jadi dia menjadi sosok yang paling galau dalam menghadapi ujian itu,hhee.

Salah satu hikmah terbesar yang saya alami adalah menyandarkan segala sesuatu kepada sosok yang bernama manusia, harta, dan hal-hal dunia yang mengikutinya adalah kesalahan terbesar bagi orang yang percaya bahwa Allah itu ada. Bukan karena naif pada keadaan, atau juga karena belum mendapatkan apa yang saya harapkan, tapi saya menyimpulkan hal ini karena sya semakin merasakan bahwa Allah lah tujuan akhir dari perjalanan hidup kita. Pada awalnya saya juga menyangka bahwa hal-hal demikian hanya bentuk usaha untuk menghibur dari bagi beberapa orang yang belum mendapatkan apa yang dia inginkan. Tapi ternyata tidak, semakin kita sering mengikhrarkan diri kita bahwa Allah itu ada semakin kuat pula pengaruhNYA dalam kehidupan kita. Baik-buruk adalah hal yang nyata ada di dunia ini. Dan saat kita berada di tengah-tengahnya saya yakin seratus persen kebimbangan dan kegalauan pasti menyelimuti mereka.

Saya semakin merasa mencintai atau mengharapkan sesuatu yang berbentuk dunia dapat dilihat dari tiga aspek.

Yang pertama, seseorang mencintai atau mengharapkan sesuatu murni karena dunia. Tidak ada hal dalam hatinya yang membuat bimbang. Kecenderungan orang-orang seperti ini adalah mereka yang memiliki kemampuan dan daya juang luar biasa tapi mereka tidak memiliki keyakinan bahwa ada Tuhan di belakang mereka. Jadi secara psikologis juga tidak terpengaruh terhadap hasil dari ikhtiarnya. Mereka bisa mendapatkan apa yang mereka harapkan tanpa ada embel-embel Tuhan di belakangnya.

Yang kedua, adalah seseorang yang berada di tengah-tengah tidak meyakini dan meyakini. Biasanya orang dengan klasifikasi ini adalah manusia yang biasanya percaya Tuhan tapi tidak sepenuhnya menjalankan apa yang Tuhan perintahkan. Kategori ini adalah yang terbanyak yang ada di dunia (hasil pengamatan meski validitasnya blum teruji,hhe). Dia secara oportunis mengambil nilai-nilai Tuhan yang menurutnya paling sesuai dengan keadaanya. Sehingga dapat dimaklumi apa yang diikhtiarkan tidak sepenuhnya sesuai dengan apa yang diharapkan dan dicita-citakan karena ada pertentangan psikologis dalam dirinya. Kecenderungan yang bisa dilakukan orang-orang seperti ini adalah mengoptimalkan nilai-nilai positif dari apa yang diyakini sesuai dengan kemampuannya dan menyadari kelemahan serta meminimalisir kelemahan tersebut.

Yang ketiga, adalah seseorang yang memiliki nilai dan kecerdasan spiritual tinggi. Segala sesuatu dia tujukan murni untuk Tuhan Sang Pencipta alam. Saat dia mendapatkan kesuksesan yang begitu sangat mengagumkan dia berkeyakinan bahwa itu adalah murni karena kuasa Tuhan. Begitu juga sebaliknya saat dia mendapatkan kesusahan dia yakin itu yang terbaik untuknya karena baginya Tuhan jauh lebih tau mana yang terbaik untuknya. Tipikal orang seperti ini cukup jarang untuk saat ini, orang yang benar-benar tulus melakukan sesuatu karena Allah. Gak da yang lainnya. Murni karena hanya mengharapkan balasan dari Allah.

Masuk kategori yang mana kita saat ini adalah pilihan yang telah kita bangun dari awal. Tak ada yang sempurna di dunia ini tapi Allah Sang Penguasa Alam memberikan kesempatan yang begitu luas untuk kita menjadi pribadi yang mendekati sempurna menurut pandanganNYA. Mau menjadi baik atau tidak baik adalah pilihan kita. Allah begitu sangat baik pada kita, ntah berapa banyak kesalahan yang kita lakukan tapi sampai detik ini kita masih diberi kesempatan untuk memperbaiki diri. Menjadi orang yang tidak percaya Tuhan tentu bukan opsi bagi kita yang hidup di negara ini. Saling mengingatkan dan mendoakan dengan bingkai nilai-nilai islam adalah kesempatan luar biasa yang bisa kita lakukan saat ini. Akan menjadi apa kita kelak yang terpenting Allah ridho. Cukup itu tolak ukur yang kita gunakan. Saat Allah memberikan kekayaan yang berlimpah atau kenikmatan dunia jangan sampai hal itu membuat kita malah semakin jauh denganNYA, pun saat kita mendapatkan hal yang tidak kita harapkan jangan sampai kondisi itu membuat kita semakin jauh dariNYA.

Allah tak butuh kita, kita yang butuh Allah. Jadi mari kita mendekat kepadaNYA, karena kita percaya dengan sepenuh hati bahwa keberadaanNYA itu nyata ada dalam hati dan jiwa kita. Semoga Allah berkenan mengampuni kesalahan-kesalahan kita. Jadikanlah kami cinta orang tua, keluarga, saudara, kekasih, teman, guru, dan dunia karena Engkau y Allah. Saya cinta Allah...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar dari “Ketidakbisingan” Yogyakarta

UN Berbasis Minat dan Bakat, Kenapa Tidak?

Imajinasi Percakapan Ayah dan Anak