Utang, Hawa, Cita – cita, dan Tanggungjawab

1 Nopember 2010

Bagi beberapa orang mungkin yang aku alami terkesan biasa atau bahkan masalah yang ringan. Tapi aku yakin bagi beberapa orang yang lain mungkin bisa sebaliknya. Kalau harus menulis dari mana asalnya, kayaknya terlalu jauh deh.hhe. Tapi semoga sepenggal kisah ini bisa jadi pelajaran bagi siapapun yang berkenan membaca.

Utang, mengharapkan kasih sayang dari lawan jenis (hawa), cita – cita, dan tanggungjawab. Kalimat ini yang mungkin paling tepat menggambarkan apa yang sedang aku alami sekarang. Karena memang complicated makanya aku menyebutkan semuanya. Masalah utang mungkin adalah masalah yang mungkin relatif paling berat pada posisiku sekarang. Selain karena memang masih meminta ke orang tua, utang yang dibebankan padaku relatif cukup besar. Emmm memang bukan karena aku yang membelanjakan uang sebanyak itu, tapi lebih karena rasa naluriku untuk ingin belajar tanggungjawab atas setiap amanah yang dikasihkan ke aku. Meskipun pada akhirnya aku tetap harus melibatkan orang tua. Ya Rabb mudahkanlah rizky kedua orang tuaku. Aku malu karena telah membebankan masalah ini sampai pada kedua orang tuaku. Dalam beberapa sudut pandang mungkin aku terlalu naif jika aku tidak bersedih dengan kondisi ini, bahkan aku tidak bisa menutupi kesedihanku hingga sampai barang yang aku sayangi harus aku jual untuk membayar utang itu. Jelas apa yang aku rasakan sangatlah sulit untuk digambarkan. Tapi ada hal yang bagiku patut aku banggakan. Masalah ini sedikit demi sedikit mengembalikan aku untuk terus belajar pasrah akan ketetapan yang Allah buat. Karena aku mengakui aku adalah mahluk yang percaya pada Allah. Mungkin akan beda ceritanya kalau aku tidak percaya Tuhan. Allah yang menguatkan aku, Allah pulalah yang menenangkan hati ini meski jujur perasaan dan hati ini berkecamuk tiap kali mikirin tentang masalah uang, uang, dan uang. Allah masih sangat sayang ma aku, aku berani bilang kayak gini karena Allah masih ngasih nafas untukku. Artinya Allah masih memberiku kesempatan untuk memperbaiki diri. Aku bersyukur Allah memberiku ujian ini di usia yang bagiku masih sangat muda, semoga kelak aku bisa lebih bijak jika dikasih amanah yang berkaitan dengan umat dan uang.

Mengharapkan perhatian dari lawan jenis. Sebenarnya ini adalah impact dari peristiwa utang,hhe. Aku terus terang dalam kondisi yang penuh dengan tekanan seperti ini aku sangat membutuhkan perhatian dari lawan jenis. Tapi ternyata perhatian itu susah aku dapatkan karena mungkin menurut Allah aku belum siap mendapatkan hal itu. Belajar lebih bijak mengenai kesendirian tanpa kedekatan yang lebih dengan lawan jenis adalah hal yang sedang aku pelajari. Meski terasa berat, aku yakin pada waktunya jika Allah telah memantapkan hati ini aku akan segera lulus pada tahapan ujian ini. Meski terkadang iri melihat orang – orang bisa mendapatkan hal ini di usia yang sama atau bahkan di bawahku. Tak perlu kusesali pilihanku karena Allah Maha Tahu apa yang terbaik untukku. Kaum hawa adalah penyempurna kaum adam, begitu juga sebaliknya. Kemana harus mencari hal itu? Ah aku tak kuasa menjawab pertanyaan itu. Biar Allah dan waktu yang akan menjawab pada akhirnya nanti. Yang aku harapkan hanya semoga Allah memberiku pasangan hidup yang bisa buat aku makin dekat dengan – Nya.

Cita – citaku bagi beberapa orang mungkin terlihat abstrak, susah diwujudkan, dan cenderung aneh. Pandangan orang memang seperti itu,hhe. Tapi biarlah manusia punya hak untuk menilai begitu juga aku punya hak untuk menilai manusia yang lain. Apa yang aku lakukan sekarang memang agar aku berharap suatu saat bisa menjadi bekal berharga saat Allah mengabulkan cita – citaku. Terkadang muncul keraguan dalam hati ini, bahkan beberapa kali merasa down dengan apa yang telah aku tulis dalam rencana peta kehidupanku. Emmm tapi mungkin manusiawi, yang penting aku masih bisa terus belajar dan belajar agar suatu saat cita – cita itu bisa aku raih. Cita – cita yang bukan hanya sekedar ambisi pribadi tpi cita – cita yang bisa berdampak positif pada kemajuan umat. Mengabdi dengan hati adalah kalimat yang akan selalu aku pegang sampai kapanpun. Karena kalimat ini telah banyak memberiku pelajaran selama mendapat amanah di kampus. Mencoba belajar dari slogan nike “impossible is nothing”hhe. Jadi yang harus aku lakukan adalah melakukan yang terbaik dari apa yang ada di hadapanku sekarang. Jangan terlalu melihat ke atas dan jangan terlalu bangga karena merasa banyak yang berda di bawah kita. Selanjutnya tinggal tawakal dan percaya penuh akan skenario terbaik yang diberikan Allah untuk kita.

Tanggungjawab. Lebih tepatnya skripsi,hhe. Fokus aku sekarang memang untuk skripsi. Sebenarnya masalah utama pada awalnya hanya malas dan susah ketemu dosen pembimbing. Berhubung adanya utang yang diluar prediksi minta dibayar di tengah jalan membuat otak ini harus berpikir ekstra untuk bisa fokus pada semuanya. Memang terasa berat tapi bukankah itu menjadi bekal yang baik jika suatu saat nanti Allah kembali menguji dengan masalah beginian? Ya sekali lagi Allah memang sebaik – baiknya penolong. Aku bersyukur lari kepada Allah dan semoga aku terus bisa mendekat ke Allah dalam keadaan senang maupun susah. Segala puji hanya milik Allah J. Tinggal beberapa langkah lagi insya Allah aku akan segera menyelesaikan studiku dan semoga Allah memudahkan aku di episode kehidupanku selanjutnya. Allah yang berkuasa dan Allah pulalah yang punya jadi mintalah kepada – Nya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar dari “Ketidakbisingan” Yogyakarta

UN Berbasis Minat dan Bakat, Kenapa Tidak?

Imajinasi Percakapan Ayah dan Anak